TEGAL, DISWAYJOGJA - Sejumlah petani di Kota Tegal telah menerapkan inovasi biosaka untuk tanaman padi dan saat ini sudah memasuki musim panen. Salah satunya, petani Sukra dari Kelompok Tani Rukun Jaya yang menanam padi biosaka di wilayah Kelurahan Keturen, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal. Seperti apa hasil nya?
Biosaka merupakan inovasi yang awalnya digagas petani asal Blitar bernama Muhamad Anshar. Penggunaan biosaka mampu menggantikan peran pupuk kimia dalam mengurangi serangan hama tanaman budidaya, baik tanaman padi maupun tanaman hortikultura. Uniknya, pembuatan biosaka disebut tidak membutuhkan modal. BACA JUGA:Tanam Padi Metode IP 400 Seluas 122 Ribu Hektare, DIY Targetkan Produksi Capai 649 Ribu Ton
Bahan pembuatannya mudah ditemukan, yakni rumput liar yang tumbuh di sekitar sawah. Rumput yang digunakan mempunyai kriteria. Pertama, harus sehat. Kedua, daunnya muda dan tidak sobek-sobek, karena rumput dengan daun yang sobek menandakan sudah terserang hama. Rumput yang digunakan sebaiknya diambil pada waktu siang hari.
Sebab, di siang hari rumput sedang mengalami ujian berat, yaitu terkena panas sinar matahari. Rumput yang mampu bertahan dari ujian panas sinar matahari menandakan rumput yang memiliki ketahanan hebat. Ambil lima jenis rumput dan dikumpulkan dengan ukuran satu genggam tangan orang dewasa. Kemudian, remas dalam baskom berisi dua liter air selama lima belas menit.
Pembuatan biosaka perlu dibarengi niat bersih dan dilakukan dengan hati yang dingin. Dengan demikian, ada harmonisasi dan komunikasi antara pembuat dan rumput karena rumput juga merupakan makhluk hidup. Berdasarkan sebuah penelitian, rumput sebagai makhluk hidup dapat memberikan sinyal kepada tanaman yang lain.
S etelah rumput yang diremas menjadi larutan, dapat disemprotkan ke tanaman budidaya. Cara penyemprotannya tidak langsung ke tanaman, melainkan ke arah atas, karena yang dibutuhkan tanaman adalah embunnya. BACA JUGA:Banjir Brebes, 875 Hektare Tanaman Padi Terendam, 20 Hektare Mengalami Puso
Penanaman padi biosaka di Kota Tegal merupakan bagian dari Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTP) di DKPPP Kota Tegal. Selain Sukra di Kelurahan Keturen, petani Kota Tegal lainnya yang sudah menerapkan biosaka ada di Kelurahan Pesurungan Kidul, Kelurahan M argadana, Kelurahan Kaligangsa, dan Kelurahan Slerok.
Koordinator Penyuluh Pertanian Kota Tegal Iswari Gunartiningsih didampingi Penyuluh Pertanian Kecamatan Tegal Selatan Kukuh Adiguna menyampaikan, produktivitas padi biosaka di lahan sawah petani Sukra mengalami peningkatan musim panen ini, yakni mencapai 8 ton atau naik setengah ton dibanding musim panen sebelumnya yaitu 7,5 ton.
“Di tahun yang ketiga menerapkan biosaka, alhamdulillah hasilnya bagus,” kata Iswari di Balai Penyuluh Pertanian Sumurpanggang di Jalan Ki Hajar Dewantara, Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, Kamis (25/4).
Penyuluh Pertanian cukup prihatin dengan lahan sawah yang kian menyempit. Namun demikian, tetap merasa berkewajiban memfasilitasi petani Kota Tegal untuk memproduksi padi yang lebih banyak dan berkualitas. Penyuluh Pertanian merekomendasikan biosaka kepada para petani, karena tidak membutuhkan modal produksi dibanding menggunakan pupuk kimia .
“Untuk penggunaan pupuk kimia, biaya produksi yang harus dikeluarkan petani bisa mencapai Rp3 juta. Biosaka tidak menggunakan modal, karena memanfaatkan rumput yang ada di sekitar,” sebut Iswari.
Iswari mengungkapkan, kualitas beras dari padi biosaka tidak kalah dengan beras organik. Beras padi biosaka juga sehat untuk dikonsumsi karena tanpa obat kimia. Penyuluh Pertanian meyakini lahan sawah tersisa dapat menghidupi masyarakat Kota Tegal jika dikelola dengan baik, tentu dengan dipenuhinya sarana . Antara lain, alat panen, tenaga panen, dan tempat menjemur padi.
BACA JUGA:Orang Jawa Wajib Tau! 19 Istilah Petani Dalam Proses Pengolahan Padi Menjadi Beras Dengan adanya biosaka, Penyuluh Pertanian berharap petani Kota Tegal tidak lagi ketergantungan dengan pupuk kimia. “Kami berharap, semua petani Kota Tegal bisa meniru menggunakan biosaka, karena sudah terbukti dapat meningkatkan produktivitas,” imbuh Penyuluh Pertanian Kecamatan Tegal Selatan Kukuh Adiguna.
Di tempat terpisah, Kepala DKPPP Kota Tegal Sirat Mardanus menyampaikan harapannya agar petani dapat beralih ke biosaka yang ramah lingkungan, berbiaya rendah, dan hasilnya tinggi. (* )