Kongres Pekerja Perempuan DIY 2025, Mesin Baru Gerakan Buruh yang Tak Bisa Diabaikan

Kongres Pekerja Perempuan DIY 2025, Mesin Baru Gerakan Buruh yang Tak Bisa Diabaikan

Para peserta Kongres Pekerja Perempuan DIY 2025 foto bersama di Gedung Pertemuan AJB Bumiputera 1912, Yogyakarta, Minggu (23/11/2025).--Foto: HO - HUMAS MPBI

YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Gerakan pekerja perempuan di Yogyakarta tengah memasuki babak baru. 

Melalui Kongres Pekerja Perempuan Daerah Istimewa Yogyakarta 2025 yang digelar Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) DIY, di Gedung Pertemuan AJB Bumiputera 1912, Minggu (23/11/2025). 

Berbagai organisasi buruh dan komunitas masyarakat sipil menyatukan langkah menghadapi masalah ketenagakerjaan yang semakin rumit.

Kongres ini menjadi tempat strategis untuk mengidentifikasi persoalan yang dihadapi pekerja perempuan dari beragam sektor, pekerja kreatif, pekerja hotel, pengemudi ojek online, pekerja rumah tangga, tenaga perawatan (caregiver), hingga pekerja migran. 

Mereka merupakan kelompok yang berada di garis depan ekonomi, tetapi masih sering terpinggirkan dalam sistem ketenagakerjaan.

Ketua MPBI DIY, Irsyad Ade Irawan menegaskan bahwa forum tersebut bukan sekadar pertemuan seremonial. 

BACA JUGA : MPBI DIY Desak UMP 2026 Naik Rp4 Juta dan Perlindungan Pekerja

BACA JUGA : Buruh Desak Kenaikan Upah Minimum DIY 50 Persen, MPBI Sebut Upah Bukan Sekadar Angka

“Kongres ini menjadi ruang konsolidasi bersama untuk memperkuat gerakan pekerja perempuan dari berbagai sektor di DIY,” katanya.

Selama ini, banyak pekerja perempuan berhadapan langsung dengan pekerjaan tidak layak, jam kerja panjang, dan ancaman eksploitasi yang belum tersentuh kebijakan secara memadai. 

Fenomena gig economy yang melibatkan pekerja ojol dan pekerja lepas, juga menghadirkan tantangan baru, hubungan kerja yang tidak jelas dan minim perlindungan sosial.

“Kami ingin memastikan suara pekerja perempuan hadir lebih kuat dalam perjuangan kelas buruh,” ujarnya. 

Hal ini penting mengingat mayoritas pekerja informal adalah perempuan, namun posisi mereka kerap dianggap sebagai pelengkap dalam struktur ekonomi.

Kongres dihadiri berbagai elemen gerakan buruh dan pendamping advokasi, seperti KSPSI DIY, SPN DIY, Sindikasi DIY, SPRT DIY, Beranda Migran, Rifka Annisa, RTND, FPPI Yogyakarta, FOYB, Kalijawi, dan Partai Buruh DIY. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: