Mengenal Tradisi Mendhem Ari-Ari dan Brokohan di Lingkungan Yogyakarta
Tradisi mendhem ari-ari yang masih dilakukan sebagian besar masyarakat Indonesia-grid.id-
Berbagai macam kelengkan tersebut mengandung simbol dan harapan agar kelak sang anak dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan baik.
Garam, kemiri, beras, dan gereh pethek menyiratkan bahwa setiap manusia perlu memenuhi kebutuhan pangan. Benang dan jarum melambangkan kebutuhan sandang.
BACA JUGA : Bus Pariwisata Yogyakarta, Si Thole Bisa Jalan dengan BBM Sampah Plastik
BACA JUGA : Jadwal Lengkap Donor Darah di Yogyakarta, Cek Stoknya untuk Tanggal 25 hingga 26 Oktober 2024
Kertas bertuliskan berbagai huruf menyimbolkan pentingnya ilmu dalam mengarungi kehidupan. Kembang boreh dan kunyit mencerminkan kebutuhan penawar atau obat.
Uang logam menjadi pelengkap, agar kelak sang anak pandai mencari uang sehingga dapat mencukupi kebutuhan lain yang belum terpenuhi.
Setelah semua kelengkapan dimasukkan, kendil tersebut di-pendhem atau ditanam di tanah sedalam lengan sang ayah. Di atas tanah tersebut dipasang lampu yang dinyalakan setiap malam selama 35 hari atau selapan.
Tradisi Brokohan
Saat proses mendhem ari-ari dilangsunhkan, digelar juga upacara brokohan yaitu tradisi yang menjadi penanda dan pemberitahuan bahwa seorang perempuan telah melahirkan.
BACA JUGA : Satpol PP Pemkot Yogyakarta Tertibkan Ratusan APK Yang Melanggar Aturan
BACA JUGA : Majukan Sektor Perikanan Gunungkidul Yogyakarta, Pelabuhan Gesing Beri Harapan Baru
Kata brokohan sendiri berasal dari bahasa Arab ‘barokah’ yang berarti berkah. Selain sebagai penanda kelahiran, tradisi ini juga bentuk ungkapan rasa syukur atas kehadiran anggota baru dalam keluarga dan harapan agar sang anak selalu dilimpahi keberkahan.
Brokohan termasuk upacara alit atau kecil sehingga sesaji yang disiapkan untuk tradisi brokohan tidak banyak dan bersifat sederhana.
Beberapa jenis sesaji yang disiapkan yaitu jenang tujuh macam, di antaranya jenang putih, jenang merah, jenang baro-baro, jenang blowok, jenang palang, jenang sliring, dan jenang merah yang atasnya diberi sedikit jenang putih.
Tujuh jenang tersebut yang dibuat di hari kelahiran melambangkan harapan akan rezeki dan kebahagiaan yang berlimpah.
BACA JUGA : Fakta Dibalik Bakpia yang Sering Dijadikan Buah Tangan Dari Yogyakarta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: kratonjogja.id