ISPA Meledak di Sleman, 94 Ribu Kasus, Ancaman Nataru Mengintai Anak Sekolah
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, dr. Cahya Purnama, saat memberikan keterangan kepada media terkait lonjakan kasus ISPA di Sleman, di Kantor Dinas Kesehatan Sleman, Jumat (5/12/2025).--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id
SLEMAN, diswayjogja.id - Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Kabupaten Sleman terus meningkat sepanjang tahun 2025.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, dr. Cahya Purnama, mencatat total kasus ISPA hingga akhir tahun mencapai 94.017.
“Jika dihitung rata-rata kasus per minggunya, sekitar 2.239. Kasus tertinggi pernah mencapai sekitar 4.000 per minggu,” katanya, Jumat (5/12/2025).
Meski jumlahnya tinggi, ia menekankan bahwa ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi di layanan kesehatan dasar.
“ISPA memang penyakit yang sering terjadi, artinya meskipun saat ini kasus meningkat, penyakit ini tetap menjadi salah satu yang terbanyak di layanan kesehatan dasar,” jelasnya.
Ia juga memperingatkan kemungkinan peningkatan kasus pada bulan-bulan mendatang.
BACA JUGA : Event Akhir Tahun di Yogyakarta Tetap Berjalan, Dispar DIY Pastikan Keamanan Wisatawan
BACA JUGA : Kompetisi E-Sport di Jogja Tetap Digelar, Dispar Tekankan Edukasi dan Emosional Anak Muda
“Mulai September, Oktober, hingga November, kemungkinan kasus akan terus meningkat. Kita harapkan setelah awal tahun, kasus mulai menurun,” ujarnya.
Selain itu, ia menyoroti potensi peningkatan risiko penularan selama masa Natal dan Tahun Baru (Nataru) akibat mobilisasi penduduk yang cukup tinggi ke Sleman.
“Namun, kita harus selalu ingat bahwa pada masa Nataru, terjadi mobilisasi penduduk yang cukup besar ke Sleman, sehingga perlu berhati-hati terhadap penyebaran kasus influenza,” ucapnya.
Meski begitu, ia menenangkan masyarakat terkait tingkat bahaya influenza.
“Sebenarnya influenza sendiri memiliki fatalitas yang tidak tinggi, sehingga tidak begitu berbahaya,” tuturnya.
Ia mengingatkan bahwa orang dengan komorbid seperti penyakit jantung, asma, stroke, atau anemia berisiko mengalami gejala lebih parah dibandingkan mereka yang sehat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: