Selain Kurang Tenaga Fisioterapis, Dinkes Bantul Juga Kekurangan Petugas Gizi dan Psikolog Klinis

Selain Kurang Tenaga Fisioterapis, Dinkes Bantul Juga Kekurangan Petugas Gizi dan Psikolog Klinis

Tidak hanya kurang tenaga fisioterapis, Dinkes Bantul juga kekurangan petugas gizi dan psikolog klinis--iStockphoto

Ahmad diketahui terkena hidrosefalus saat berusia 35 hari. Sementara Riza diketahui menderita penyakit yang sama sejak lahir. Pengobatan keduannya berhenti saat suami Sumini, Wagiran, meninggal karena kecelakaan kerja tahun 2016 lalu.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyatakan jika salah satu kekurangan dari layanan Pemkab Bantul terhadap kedua penderita hidrosefalus adalah tidak adanya petugas fisioterapis di Puskesmas Dlingo 2.

BACA JUGA : Evaluasi Program Makan Bergizi Gratis di 12 Sekolah, Dinkes Brebes Berikan Catatan Perbaikan

BACA JUGA : Uji Coba Program, 2.000 Paket Makan Bergizi Gratis Diberikan ke Santri di Kompleks Ponpes Ali Maksum Krapyak

“Maka ini nanti Dinkes harus menyiapkan petugas. Dinkes harus mengadakan mungkin rekrutmen baru tenaga fisioterapi untuk Puskemas Dlingo 2. Sebab, ini bagian dari layanan dasar yang harus dimiliki oleh puskesmas,” ucapnya.

Petugas Gizi dan Psikolog Klinis Kurang

Menurut Sapta, selain keberadaan petugas fisioterapis, saat ini pihaknya juga mencatat kekurangan jumlah petugas gizi dan psikolog klinis di puskesmas.

Penambahan jumlah petugas gizi menjadi hal yang harus dipenuhi mengingat pada 2025, pemerintah akan melaksanakan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Sejauh ini, kata Sapta, jumlah petugas gizi yang ada di Bantul kurang dari 100 petugas yang tersebar di 27 puskesmas di Kabupaten Bantul. Dengan keterbatasan jumlah petugas gizi maka tidak semua petugas bisa mengawasi pelaksanaan program MBG.

BACA JUGA : Kadinkes Brebes dan Puskesmas Blusukan ke TPS, Jamin Kesehatan Petugas KPPS Gelar Pilkada Serentak 2024

BACA JUGA : Lantik PPIH Embarkasi Solo, Sekda Jateng Minta Petugas Berikan Pelayanan Terbaik ke Jamaah Haji

“Tapi kami masih menunggu petunjuk teknisnya. Apakah ada pelibatan petugas gizi atau bagaimana nantinya,” ungkapnya.

Di sisi lain, Sapta juga mengakui jika jumlah petugas psikolog klinis juga sangat terbatas. Dari 27 puskesmas yang ada, baru ada 8 petugas psikolog klinis. Alhasil, satu petugas klinis harus menangani 3 puskesmas.

“Nah tinggal nanti apakah ada kewajiban satu puskesmas satu petugas, kita nanti tinggal menyesuaikan,” terangnya.

Hanya saja, diakui oleh Sapta untuk penambahan petugas baik gizi, fisioterapis dan psikolog klinis melalui program CPNS sejauh ini cukup sulit. Apalagi saat ini belum ada rencana perekrutan ASN.

BACA JUGA : Cegah Penyebaran, Petugas Medis Fasyankes Brebes Digembleng Penanganan Zoonosis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harianjogja.com