Pemkab Beri Apresiasi Pada Petani Milenial Di Sleman Karena Rajin Memanfaatkan Teknolgi Modern

Pemkab Beri Apresiasi Pada Petani Milenial Di Sleman Karena Rajin Memanfaatkan Teknolgi Modern

Petani sedang memanen padi-geotimes.id-

diswayjogja.com - Petani milenial di Sleman dikatakan sukses dalam memanfaatkan teknologi kembangkan pertanian jadi profesi yang menjanjikan di masa yang akan datang. Apreasi diberikan kepada petani milenial oleh Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman.

Pelaksanaan tugas Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman yakni Suparmono di Sleman, menyampaikan keyakinannya kalau di masa mendatang, seiring dengan jumlah penduduk dan kebutuhan pangan yang meningkat, petani adalah sebuah pekerjaan yang menjanjikan kesejahteraan.

"Pemda Kabupaten Sleman telah berkomitmen guna menumbuhkan petani milenial yang punya kemampuan teknologi dan juga adaptif pada tantangan pertanian seperti halnya dampak yang terjadi dari perubahan iklim, alih fungsi lahan, produktifitas menurun, sulitnya pemasaran, tenaga kerja yang sedikit, dan lain sebagainya, lewat berbagai fasilitasi program DP3 Sleman," kata Suparmono, pada hari Minggu (20/10/2024).

Menurut ia, petani yang mau untuk belajar dan menerapkan teknologi, akan dapat mengefisienkan biaya dan meraih keuntungan usaha. "Pemanfaatan teknologi jadi kunci keberhasilan bagi para petani milenial," katanya.

BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Targetkan Kebun Plasma Nutfah Pisang Jadi Agro Edu Wisata

BACA JUGA : Gebyar PAUD Kota Yogyakarta Ajarkan Anak Peduli Lingkungan Melalui Flashmob Pilah Sampah

Dalam kekhawatiran banyak pihak terkait punahnya profesi petani di Godean, Subiyanto membuktikan kalau jadi petani justru akan dapat membawa keluarganya jadi sejahtera. Awalnya Subiyanto adalah hanya seorang buruh pabrik yang gajinya rendah. Tapi sejak memberanikan diri untuk jadi petani mulai dari tahun 2018 kehidupannya jadi makin mapan.

“Alhamdulillah, dapat mencukupi kebutuhan keluarga dan memberikan lapangan pekerjaan untuk orang-orang yang ada di sekitar kami” ungkap Subiyanto dengan rendah hati.

Warga Dusun Tangkilan, Sidoarum, Godean ini menuturkan awal mula jadi petani yaitu dari mengolah sawah mertuanya yang memiliki luas 600 meter persegi. Usahanya terus berkembang dan saat ini Subiyanto bersama dengan istrinya mengelola lahan garapan dengan luas 12.500 meter persegi yang ditanami dengan cabai dan juga ketimun.

“Dahulu telah mencoba beberapa komoditas yang lainnya, tetapi yang paling menguntungkan dan juga gampang pemasarannya adalah cabai dan ketimun baby," katanya.

Subiyanto mengungkap rasa bersyukurnya dengan kehadiran pasar lelang sayuran dan cabai di Kabupaten Sleman.

“Ada jaminan pasarnya, berapapun hasil dari panennya dapat disetorkan kepada pasar lelang. Jadi, petani akan fokus untuk memproduksi” terangnya.

Sebagaimana diketahui kalau pasar lelang cabai dan sayuran dibentuk berdasarkan dengan inisiasi dari Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman dan dikelola Koperasi Perkumpulan Petani Hortikultura Puncak Merapi (PPHPM).

Ada 14 titik kumpul lelang sayuran dan cabai se Kabupaten Sleman yang pusatnya ada di Purwobinangun, Pakem.

BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Menghimbau Agar Masyarakat Tidak Tergiur Janji Bisa Loloskan Tes CPNS

BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Jadi Contoh Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Benar Di Ruang Publik

“Meski jauh dari rumah, tetapi saya tetap setor di pusat sebab juga memerlukan konsultasi teknologi budidaya pertanian” ucap petani yang pernah memperoleh penghargaan sebagai Top 3 petani yang akumulasi setorannya di PPHPM paling tinggi.

Menurut Subiyanto, dengan bergabung di Koperasi PPHPM, selain akan memudahkan pemasaran hasil, kami juga bisa belajar mengoptimalkan hasil dengan berbagai inovasi teknologi pertanian yang makin maju. Misal saja ketika mengeluhkan sulitnya pasokan air untuk budidaya timun, Subiyanto dibimbing dan juga difasilitasi untuk menerapkan teknologi irigasi tetes untuk budidaya hortikultura.

“Kami ikut pelatihan, dapat bantuan mulsa serta mendapat instalasi irigasi tetes melalui PPHPM dari Dinas Pertanian Sleman” jelas Subiyanto.

Subiyanto merasakan betul manfaat saat irigasi tetes diterapkan di lahannya. Kini ia menanam ketimun baby dengan total luas 5.500 meter persegi dengan usia 10 hari sebab keterbatasan alat, tanaman ketimun yang ada di lahan sawah yang memakai irigasi tetes baru 1.200 meter persegi saja.

“Daya hidupnya jadi lebih tinggi, sebab airnya cukup. Selain itu lebih hemat tenaga kerja sebab pupuk telah dilarutkan," kata Subiyanto.

Menurut Subiyanto, tanaman timun yang terdapat di lahan konvensional yang tanpa teknologi irigasi tetes, kondisinya memprihatinkan, ada banyak biji yang tidak tumbuh dan juga harus disulami.

BACA JUGA : 2.253 Pekerja Rentan Di Kota Yogyakarta Akan Dapat Jaminan Sosial

BACA JUGA : KPU Jogja Siapkan 3 Sesi Debat Bagi Peserta Pilkada, Bahas Isu Sampah Hingga Inklusivitas

"Kami telah melakukan pemeliharaan dengan optimal caranya yaitu dengan melakukan penyiraman manual tiap pagi dan sore hari pada ribuan lubang tanam ketimunnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: https://jogjapolitan.harianjogja.com