Grebeg Syawal, Warga DIY Antusias Mendapatkan Ubarampe Gunungan Kakung

Grebeg Syawal, Warga DIY Antusias Mendapatkan Ubarampe Gunungan Kakung

Prosesi Grebeg Syawal, sebagai serangkaian kegiatan peringatan Idul Fitri 1445 H telah dilakukan Keraton Yogyakarta, Kamis, 11 April 2024 lalu. -DOK.-

DISWAYJOGJA – Prosesi Grebeg Syawal, sebagai serangkaian kegiatan peringatan Idul Fitri 1445 H telah dilakukan Keraton Yogyakarta, Kamis, 11 April 2024 lalu. Salah satu pelaksanaan yang dinanti adalah, Keraton Yogyakarta membagikan satu Gunungan Kakung kepada Pura Pakualaman dan diberikan kepada masyarakat.

Dalam prosesi itu, gunungan dengan iringan empat ekor gajah dan pengawalan Prajurit Pura Pakualaman, yakni Dragunder dan Plangkir tersebut tiba di Pura Pakualaman pukul 11.30 WIB. Gunungan Kakung tersebut kemudian diserahkan KRT Condro Prawiroyudo dan KRT Poncodanarto kepada pihak Pura Pakualaman.

BACA JUGA:Ratusan Santri Hadiri Syawalan Komunitas Pedagang Pasar Prambanan

Usai diterima dan didoakan, mewakili Kadipaten Pura Pakualaman, GKBRAA Paku Alam lebih dulu mengambil ubarampe pareden gunungan. Selanjutnya, gunungan dibawa menuju alun-alun Pura Pakualaman untuk dibagikan kepada masyarakat.

Dalam sekejap, Gunungan Kakung ini ludes diambil masyarakat. Warsiti, salah satu warga yang mendapatkan ubarampe pareden gunungan mengatakan, alasan mengambil hasil bumi dari gunungan tersebut lantaran ingin mendapatkan berkah.

Awalnya dia pasrah apabila tidak berhasil membawa pulang bagian dari gunungan. Namun tak disangka, pihak abdi dalem Keraton Yogyakarta justru memberikan ubarampe pareden gunungan yakni hasil bumi berupa kacang panjang kepadanya.

“Kacang Panjang ini dipercaya panjang umur, panjang kesabaran, memanjangkan rezeki kalau ada berkah yang tuhan beri,” kata Warsiti.

Sementara itu, Purnowati, salah seorang warga Jogja lainnya mengungkapkan, setiap tahun dirinya belum pernah absen ikut mengambil gunungan grebeg yang digelar Keraton Yogyakarta. “Untuk ngalap berkah. Kepercayaan orang Jawa. Kacang gleyor itu biar ditanam, biar subur orang Jogja. Saya juga orang gejawen,” ujar Purnowati.

JBACA JUGA:Bersantai di Air Terjun Sri Gethuk, Tempat Wisata Terbaru 2024 Jogja Spot Asyik Buat Healing Cek Lokasinya Ini

Sebelumnya, Penghageng II KHP Widyabudaya KRT Rintaiswara menyampaikan, garebeg yang dilakukan di Keraton adalah Hajad Dalem. Sebuah upacara budaya yang diselenggarakan Keraton dalam rangka memperingati hari besar agama Islam yakni Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Garebeg atau yang umumnya disebut ‘Grebeg’ berasal dari kata ‘gumrebeg’, mengacu kepada deru angin atau keramaian yang ditimbulkan pada saat berlangsungnya upacara tersebut. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: