Perayaan Natal, Sri Sultan : Penyalaan Lilin Dapat Dimaknai sebagai Terang Bagi Dunia
Diiringi lagu Malam Kudus, perayaan Natal ini dimulai dengan penyalaan lilin oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hemengku Buwono X.-DOK.-
DISWAYJOGJA – Perayaan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 bersama umat Kristiani di lingkungan keluarga besar ASN, TNI, POLRI, BUMN, dan BUMD DIY berlangsung khidmat dan penuh sukacita pada Jumat (12/1/2024) malam. Diiringi lagu Malam Kudus, perayaan Natal ini dimulai dengan penyalaan lilin oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hemengku Buwono X.
Penyalaan lilil kemudian dilakukan oleh Ketua DPRD DIY, Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang, Ketua PGI Wilayah DIY, Kapolda DIY, Sekda DIY, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Dirut Bank BPD DIY, dan Kakanwil Kemenag DIY.
BACA JUGA:Libur Natal dan Tahun Baru, Pengunjung Wisata Diminta Waspadai Titik Jalan Rawan
”Penyalaan lilin dapat dimaknai sebagai terang bagi dunia. Artinya, umat manusia dituntut untuk berani menolak hal-hal negatif yang dimanifestasikan oleh berbagai penyimpangan, seperti mengingkari iman yang dalam gelapnya kesesatan,” ungkap Sri Sultan di Bangsal Kepatihan, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.
Perayaan natal tersebut diharapkan dapat menjadi spirit utama dalam menyegarkan kembali nilai-nilai spiritual, estetika, dan solidaritas sosial umat Kristiani di DIY tersebut. Dikatakan Sri Sultan, nilai hakiki Natal adalah mengajak umat manusia melakukan pembaharuan diri, melalui proses belajar, dalam konteks ‘adeping tekad lan cloroting batin’, melalui laku ‘Mangasah Mingising Budi’.
Dengan demikian, dengan melaksanakan kegiatan rohani keagamaan, maka secara otomatis kondusifitas akan dapat terjaga, bukan hanya secara ragawi atau ‘damai di bumi’, tapi juga secara batiniah atau damai di hati. Selain itu, momentum Natal diharapkan dapat melebur sifat-sifat tinggi hati, kemunafikan, egosentris, serta hedonisme.
BACA JUGA:Hadiri Perayaan Natal, Wali Kota Tegal Dedy Yon Ajak Jaga Kebhinekaan
”Kita tentu sependapat, bahwa setiap peristiwa peringatan keagamaan kian bermakna, apabila kita dapat memetik nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Andai kita dapat menghayati setiap peristiwa religius yang diperingati, dari situ jua-lah, akan dapat dipetik mutiara-mutiara kehidupan, sebagai telaga inspirasi dan sumber motivasi, dalam upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan,” ujar Sri Sultan.
Sri Sultan menyebut, dengan semakin menghayati dan meresapi mutiara-mutiara kehidupan yang terkandung dalam peristiwa religius, niscaya semakin meningkat pula pemaknaan dalam mengarungi hidup, kehidupan dan penghidupan ini. Hal ini baik sebagai perseorangan, dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara.
”Perayaan Natal saat ini sekiranya mempunyai arti yang sangat penting, yaitu merayakan hari kelahiran Yesus Kristus atau Isa Al Masih sebagai Juru Selamat, yang mendatangkan damai sejahtera di muka bumi. Dari dimensi transendental, Natal menjadi simbol dari kasih Tuhan yang terbesar. Natal mengajarkan bagaimana umat Kristiani harus mengasihi, berdamai dan berbagi dengan orang lain,” ucap Sri Sultan.
Sri Sultan mengungkapkan, perayaan Natal itu sendiri merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Sang Maha Pencipta, atas penyertaan-Nya. Natal dapat pula dimaknai sebagai melihat kembali kepada apa yang telah Tuhan perbuat bagi umat manusia.
BACA JUGA:Jelang Natal dan Tahun Baru di Brebes, Harga Beras Melonjak, Ayam dan Telur Turun
Natal pun mencakup upaya pemulihan manusia dan kemanusiaan, termasuk bumi sebagai tempat berpijak. Natal adalah kebersamaan dengan Tuhan, dalam bingkai kebersamaan dengan sesama manusia. Natal ialah sebuah keterlibatan dalam pemeliharan, kepedulian, dan pemberian kemungkinan kelestarian lingkungan kehidupan yang lebih baik, selaras dengan prinsip moral ‘Memasuh Malaning Bumi’.
“Maka dalam semangat natal, ada tanggung jawab universal yang besar, yaitu keterlibatan dalam hidup ini secara penuh dan benar. Tidak berputar- putar pada keberagamaan yang ritualistik dan penekanan pada kesalehan pribadi yang vertikal saja. Namun menuntut sebuah upaya mentransfer kesalehan individu menjadi kesalehan sosial,” tutur Sri Sultan.
Pada kesempatan yang sama, dalam hikmah natal yang disampaikan, Pendeta Wahyu Satrio Wibowo mengajak seluruh umat Kristiani yang hadir untuk berefleksi terhadap tema perayaan natal yang diambil dari Injil Lukas pasal 2 ayat 14, yakni ‘Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya’. Dimana kemuliaan bagi Allah perlu untuk dinampakkan melalui aksi atau tindakan solidaritas kepada orang-orang yang hidup dalam kegelapan.
“Lihatlah berapa banyak orang hidup dalam kegelapan di sekitar kita saat ini. Mereka hidup dalam kegelapan masa lalu dan tidak bisa kembali untuk bisa melawan masa lalu, berdamai dengan masa lalu. Mereka hidup dalam kegelapan konflik dan permusuhan. Mereka hidup dalam kegelapan bencana dan kemiskinan. Maka peristiwa Natal mengingatkan kita untuk memberikan harapan kepada mereka,” kata Pendeta Wahyu.
Perayaan Natal kali ini dimeriahkan oleh penampilan dari band Polda DIY, paduan suara Konco Kenthel, dan paduan suara dewasa campuran peserta lomba Pesparani DIY sebagai peraih gold pada Pesparani Nasional 2023. Sebagai penutup, perayaan Natal ini disemarakkan dengan pertunjukkan tari dari Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja dengan judul tari ‘Terang dan Harapan Natal’. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: