Perbedaan Lemper dengan Legomoro
Lemper dan legomoro sama-sama merupakan tipe kue basah tradisional yang memakai beras ketan dan isian daging. Banyaj yang mengira kalau keduany merupakanan jajanan tradisional yang sama.
Namun keduanya memiliki beberapa hal yang membedakan, yang pertama adalah bentuk. Lemper umumnya berbentuk lonjong sedangkan legomoro memiliki bentuk segitiga yang mungil.
BACA JUGA : Pasar Legi Kotagede: Pasar Tradisional Tertua Yogyakarta dan Ramai dengan Dagangan Beragam
BACA JUGA : Jajanan Kipo Khas Kotagede Yogyakarta, Kuliner yang Mulai Jarang Ditemukan
Perbedaan dari kedua jajanan tradisional ini adalah tata cara bungkusnya meski sama-sama menggunakan daun pisang.
Jika lemper dibungkus dengan cara dililitkan lalu dikunci dengan lidi, legomoro daunnya dilipat dan diikat dengan tali bambu yang jumlahnya dua sampai tiga.
Setelahnya, beberapa legomoro akan diikat bersamaan sehingga dalam satu ikat terdiri dari empat biji.
Filosofi Legomoro
Laiknya makanan tradisional Jawa kebanyakan, legomoro juga memiliki makna yang mendalam. Legomoro berasal dari kata berbahasa Jawa yaitu lego yang berarti lega dan moro adalah datang.
BACA JUGA : Omah UGM Kotagede Jadi Salah Satu Cadar Budaya dengan Konsep Bangunan Tradisional
BACA JUGA : Keraton Yogyakarta Punya Menu Khas Makan Siang yang Unik dan Penuh Protein
Dari arti tersebut bisa disimpulkan bahwa makna besar dari legomoro adalah kelegaan hati untuk datang.
Hal ini sesuai dengan keberadaan legomoro yang menjadi makanan wajib ada dalam seserahan dari pihak calon pengantin lelaki untuk calon pengantin perempuan.
Dengan begitu, filosofi dari jajanan tradisional yang bernama legomoro adalah datang dengan lapang dada atau ikhlas untuk meminang.
Dalam adat pernikahan di Kotagede Jogja, selain legomoro juga wajib ada kue kembang waru. Kedua makanan ini juga umum jadi suguhan dalam berbagai acara hajatan meski awalnya cukup sulit ditemukan karena merupakan makanan keraton.