TBC Masih Mengganas, 1.161 Kasus Ternotifikasi di Kota Yogyakarta Sepanjang 2025
Pemeriksaan kesehatan gratis bagi lansia difokuskan pada skrining kesehatan untuk identifikasi dini risiko penyakit di wilayah Kelurahan Semaki, Kemantren Umbulharjo, Kota Yogyakarta, pada Kamis, (10/4/2025).--Dok. Pemkot YK
YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Penyakit tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman kesehatan publik yang serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, hingga 17 November 2025 tercatat 1.161 kasus TBC yang ternotifikasi di seluruh fasilitas layanan kesehatan.
Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dr. Endang Sri Rahayu, menjelaskan bahwa Indonesia saat ini berada di peringkat kedua dunia sebagai negara dengan jumlah kasus TBC terbanyak.
Kondisi ini dinilai sangat mengkhawatirkan karena TBC merupakan penyakit menular yang dapat menyerang siapa saja dan menyebar melalui udara.
BACA JUGA : Yogyakarta Siap Jadi Destinasi Wisata Kesehatan, RS Bethesda Ambil Peran
BACA JUGA : Sultan HB X Peringatkan Dampak Pemotongan Anggaran, Sekolah dan Kesehatan Gratis Bisa Terancam
“Indonesia nomor dua dunia. Ini sangat mengkhawatirkan karena TBC bisa menular lewat udara dan siapa pun bisa tertular,” ujar dr. Endang dalam keterangannya, Kamis (27/11/2025).
Di Kota Yogyakarta, angka kesembuhan TBC masih jauh dari target nasional yang ditetapkan sebesar 90 persen. Tahun lalu, tingkat kesembuhan hanya berada di kisaran 86 persen, dan tahun ini diperkirakan baru mencapai sekitar 80 persen.
“Belum pernah mencapai 90 persen. Padahal yang sudah diobati saja belum semuanya sembuh total, sehingga masih berpotensi menularkan,” jelasnya.
Endang menyebut sejumlah faktor yang membuat seseorang lebih rentan terinfeksi TBC. Pada anak-anak, risiko meningkat akibat gizi buruk, stunting, dan berat badan rendah. Sementara pada orang dewasa, faktor seperti merokok, penyakit diabetes, HIV, serta pola hidup tidak sehat juga berperan besar.
BACA JUGA : UU Kesehatan Dinilai Dorong Komersialisasi Layanan, KPKKI UGM Sampaikan Amicus Curiae ke MK
BACA JUGA : Pelajar di Sleman Alami Kecemasan dan Depresi, LAKI dan Rumpun Nurani Usung Program Kesehatan Mental
Selain itu, kondisi hunian yang lembab, minim ventilasi, dan kurang cahaya matahari menjadi tempat ideal bagi bakteri Mycobacterium tuberculosis berkembang.
“Rumah tidak layak huni sangat berisiko. Kuman TBC menyukai tempat lembab dan gelap,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: