Ajak Masyarakat dalam Program Penanganan Stunting, DP3AP2KB Yogyakarta: Pola Asuh Orang Tua Jadi Faktor Kunci
Pemkot Yogyakarta ajak masyarakat turut serta dalam peran mengurangi angka stunting-Foto by warta.jogjakota.go.id-
JOGJA, diswayjogja.id - Pemerintah Kota Yogyakarta turut mendorong keterlibatan dan peran serta warga masyarakat dalam upaya pengentasan kasus stunting.
Sebagai informasi, prevalensi stunting di Kota Yogyakarta pada 2024 berada di angka 11,27 persen, atau turun dibanding 2023 yang tercatat 11,76 persen.
Ketua Tim Kerja Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogya, Iswari Paramita, berujar, meski penurunannya cenderung kecil, namun sudah jadi bukti bahwa pendekatan yang dilakukan berada di jalur yang tepat.
Pihaknya juga menyoroti peningkatan partisipasi masyarakat dalam program pengentasan stunting, dari 89 persen pada 2023 menjadi 92 persen di 2024.
"Kalau dilihat dari angkanya, masyarakat yang belum berpartisipasi kemungkinan besar dari anak-anak yang tidak bermasalah. Ini menjadi tantangan untuk memastikan seluruh keluarga, terutama yang berisiko, ikut serta dalam program ini," katanya.
BACA JUGA : Tim Dosen UKDW Buka Peluang Kreasi Cipta Anak-anak Disabilitas Intelektual Melalui Kegiatan Art Therapy
BACA JUGA : Aduan Penipuan Umrah PT HMS di Yogyakarta Terus Bermunculan, Kerugian Korban Tembus Rp4,9 Miliar
Fokus Utama Pencegahan Stunting
Pada 2025, diproyeksikan terdapat 10.989 balita dengan 30 persen di antaranya adalah baduta (bawah dua tahun), yang menjadi fokus utama program pencegahan stunting.
Adapun stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis yang berdampak pada perkembangan fisik dan kognitif anak.
"30 persen ini masih secara keseluruhan, kalau yang memiliki bermasalah gizi belum bisa dipastikan. Optimalisasi pencegahan sejak dini (di bawah 2 tahun) lebih efisien dalam mengurangi angka kasus stunting," cetusnya.
Program Strategis Penanganan Stunting
Dijelaskan, bahwa penanganan stunting tidak hanya fokus pada balita, tetapi juga pada remaja putri dan ibu hamil melalui berbagai program strategis.
Langkah tersebut, lanjutnya, dipadukan dengan edukasi tentang ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan (PMT), serta sinergi lintas sektor.
"Kami berencana memperkuat peran peer konselor atau teman sebaya dari kalangan remaja, OSIS di sekolah-sekolah, bekerja sama dengan Disdikpora. Ini akan menjadi program jangka panjang," jelasnya.
"Jadi, masih awal-awal proses komunikasi dan ini masih panjang. Tapi, harapannya remaja menjadi pelopor untuk menggerakkan kebiasaan baik, seperti konsumsi tablet tambah darah," urai Paramita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: jogja.tribunnews.com