Begini Cara Pemuda Katongan Gunungkidul Merawat Sumber Kehidupan

Begini Cara Pemuda Katongan Gunungkidul Merawat Sumber Kehidupan

Cara Pemuda Katongan Gunungkidul merawat sumber kehidupan-jogjapolitan.harianjogja.com-

JOGJA, diswayjogja.id - Liyan mengingat-ingat tatkala dia masih bocah yang suka ke sana kemari.

Kala itu 2006 di mana ia bersama teman-temannya bermain di hutan, mengambil buah-buahan seperti sirsak dan jambu, serta bermain air di selokan.

Selokan itu jangan dibayangkan penuh imbah. Artinya saja berasal dari sumber, belik yang muncul dari dalam tanah ke permukaan.

Air tanah yang jernih ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari warga di sekitar sumber tersebut. Bukan hanya untuk konsumsi, namun juga pertanian.

BACA JUGA : Pemkab Sleman Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Masih di Kisaran 5 Persen, Inilah Alasannya

BACA JUGA : Buntut Aksi Ricuh di Kusumanegara, Ratusan Kepolisian Amankan Aksi Demo FJI Hindari Kejadian Serupa

“Sumber air di Jomboran itu sudah ada sejak puluhan tahun. Pada masa jayanya malah bisa dipakai untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari sampai pertanian. Tapi seiring perkembangan zaman airnya malah menyusut,” kata Liyan ditemui di Bangsal Sewokoprogo, Wonosari, Rabu (4/12).

Liyan yang menjadi penggerak kamu muda Katongan, Nglipar di isu lingkungan hidup merasa resah. Beranjak dewasa, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dari sumber air tersebut. 

Debitnya berkurang dan sudah tidak dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan pendudukan di dua rumah tangga (RT).

Ternyata, ia baru sadar bahwa bukan sumber air yang bermasalah. Permasalahan terletak pada kondisi lingkungan sekitar yang mulai jarang ditemui pohon perindang dan buah. Di mana-mana jati. Jumlahnya pun berkurang.

BACA JUGA : Berujung Ricuh! Aksi Demo Free West Papua di Yogyakarta Libatkan Pihak Kepolisian

BACA JUGA : Proyek Tol Jogja-Solo Diprediksi sampai Tirtomani pada Lebaran Tahun Depan, Berikut Detailnya

Menurut ia, warga sekitar yang masih menggunakan cara lama dalam membersihkan lahan dengan membakar menyebabkan dampak yang besar. Bibit tanaman yang tersemai secara alami lenyap. Tidak ada regenerasi pohon perindang dan buah.

Sumber air Jomboran sebenarnya berada di wilayah kehutanan Perhutani. Di salah satu titik wilayah tersebut pengelolaan Hutan dilakukan oleh Kelompok Tani Hutan (KTH). Ada area sekitar 2 hektar (ha) yang sebenarnya diperuntukkan sebagai wilayah konservasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harianjogja.com