Begini Cara Pemuda Katongan Gunungkidul Merawat Sumber Kehidupan

Begini Cara Pemuda Katongan Gunungkidul Merawat Sumber Kehidupan

Cara Pemuda Katongan Gunungkidul merawat sumber kehidupan-jogjapolitan.harianjogja.com-

BACA JUGA : Gelar Karya SDN 1 Bantul: Tampilkan Berbagai Kreativitas dan Bakat Siswa

Liyan mengatakan ada satu pohon buah besar yang tidak akan pernah ditebang. Pohon duwet dengan naman latin syzygium cumini yang berada di dekat sumber air Jomboran telah dianggap sakral.

Pohon dengan diameter batang sekitar 1,5 meter itu merupakan pohon resan. Kata “resan” yang dekat dengan bahasa Jawa wreksa dengan arti pohon besar atau raksasa ini dirawat, dan dijaga hingga tumbuh besar agar memiliki fungsi konservasi.

Upaya rehabilitasi sumber air dengan penanaman tanaman perindah dan buah tidak dapat berhenti pada menanam saja. Karang Taruna Nglebak akan terus merawat bibit tersebut agar terus hidup. Perjuangan memulihkan sumber air tidak semudah membalik telapak tangan.

“Setahun atau dua tahun tentu belum kelihatan manfaat penanaman kemarin itu. Intinya kami menjaga dan kami tandai juga pohon-pohon itu agar tidak dibakar,” katanya.

BACA JUGA : Penuhi Kebutuhan Konsumsi Beras, Pemkab Sleman Terus Dorong Produksi Beras Organik Varietas Lokal

BACA JUGA : Merapi Keluarkan Guguran Awan Panas, BPPPTKG Himbau Warga Jauhi Daerah Bahaya

Ekosistem yang lestari bukan hanya bermanfaat bagi satwa. Wilayah yang lestari dapat dimanfaatkan sebagai bumi perkemahan. Pemerintah Kalurahan setempat dapat memanfaatkannya sebagai destinasi wisata terbatas.

Pendiri Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo bercerita pentingnya kawasan penyangga sumber air. Kawasan penyangga perlu ditanami pohon-pohon dengan akar serabut yang dapat menahan atau mengikat air.

Padmo yang ikut dalam aksi penanaman pohon dan perawatan sumber air Jombaran pada Minggu (1/12) berpesan kepada Karang Taruna Garda Nglebak agar merawat bibit yang telah ditanam.

Minimal, kata dia bibit pohon baru akan memiliki fungsi ekologis/konservasi di lima belas tahun setelah penanaman. Waktu yang tidak sebentar. Nafas perlu panjang untuk menjaga komitmen konservasi.

BACA JUGA : Viral Hinaan Penjual Es Teh, Aktivis Jogja Kirim Surat Desak Presiden Copot Gus Miftah

BACA JUGA : Antisipasi Keramaian, Pemkot Jogja Siapkan Kantong Parkir Jelang Libur Akhir Tahun

“Kalau ditanya kendala, ya banyak kendala dan banyak masalah. Ora sah dipikir. Menghabiskan energi saja. Marai memeng. Paling penting dijalani, sebisa kita dan sekuat kita,” kata Padmo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harianjogja.com