Jangan Lewatkan Kelezatan Legendaris Soto Betawi di Jakarta, Cek Informasi Selengkapnya Berikut Ini
Soto Betawi Babe Jamsari--
diswayjogja.id – Setiap kota di Indonesia memiliki hidangan soto khasnya sendiri, namun jika membicarakan kekayaan kuliner Jakarta, Soto Betawi menempati posisi yang sangat istimewa. Hidangan berkuah ini telah menjadi kebanggaan Ibu Kota dan dikenal luas di seluruh penjuru negeri karena cita rasanya yang kaya dan unik. Berbeda dengan varian soto lain yang mungkin menggunakan kuah bening atau kuah kuning ringan, soto khas Betawi ini identik dengan kuah santan berwarna putih yang kental dan sangat gurih, menjadikannya pilihan favorit banyak orang.
Ciri khas Soto Betawi terletak pada komposisinya yang mewah. Kuah santan yang kaya rasa tersebut biasanya menyelimuti potongan daging sapi, irisan tomat segar, dan kerap kali ditambahkan berbagai jeroan pilihan, seperti babat dan paru. Sajian ini kemudian dipercantik dengan taburan emping dan bawang goreng, menciptakan perpaduan tekstur dan rasa yang benar-benar memanjakan lidah. Namun, di balik kelezatan yang sudah melegenda ini, tersembunyi sebuah kisah panjang mengenai asal-usul, pengaruh budaya asing, dan bagaimana hidangan ini akhirnya menjadi ikon kuliner yang tak terpisahkan dari Jakarta.
Menariknya, meskipun diakui sebagai makanan asli Jakarta, sejarah mencatat bahwa sosok yang mempopulerkan dan bahkan memberikan nama "Soto Betawi" adalah seorang keturunan Tionghoa bernama Lie Boen Po. Istilah tersebut baru mulai digunakan secara resmi sekitar tahun 1977. Jauh sebelum penamaan itu, hidangan berkuah serupa sebenarnya sudah ada dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat lokal. Jejak historis ini membawa kita pada asumsi kuat mengenai proses asimilasi budaya yang kompleks dalam pembentukan resep Soto Betawi yang kita kenal saat ini.
Oleh karena itu, penting untuk menelusuri akar sejarah hidangan ini. Mulai dari dugaan pengaruh kuliner Tionghoa, penyesuaian bumbu dengan rempah lokal, hingga evolusi modern yang melahirkan varian kuah sehat tanpa santan, Soto Betawi terus beradaptasi tanpa kehilangan esensi kelezatannya. Laporan ini akan membahas secara mendalam sejarah terbentuknya nama Soto Betawi, perbedaannya dengan soto sejenis, hingga rekomendasi tempat-tempat makan legendaris yang menjaga resep otentik hidangan khas Ibu Kota ini.
BACA JUGA : Rekomendasi Destinasi Kuliner Bakmi Singkawang Pilihan di Jakarta, Simak Informasi Selengkapnya Berikut Ini
BACA JUGA : Praktis dan Mengenyangkan! Berikut Rekomendasi Rice Bowl Enak di Jakarta Paling Wajib Dicoba
Asal-Usul dan Penamaan Soto Betawi
Meskipun hidangan soto sendiri sudah eksis di Jakarta jauh sebelum tahun 1977, penamaan “Soto Betawi” pertama kali dipopulerkan dan digunakan oleh Lie Boen Po. Beliau adalah seorang pedagang Tionghoa yang membuka warung di Taman Hiburan Rakyat Lokasari, yang dulu dikenal dengan nama Prisen Park. Keputusan Lie Boen Po untuk menggunakan istilah "Soto Betawi" berhasil membedakan produknya dari soto-soto lain di Nusantara, sehingga nama tersebut dengan cepat melekat dan digunakan secara luas. Sayangnya, warung Lie Boen Po ini berhenti beroperasi pada tahun 1991, namun pada saat itu istilah Soto Betawi sudah tersebar ke banyak penjual makanan lainnya di seluruh kota.
Pengaruh Tionghoa dan Asimilasi Bumbu
Asal mula hidangan soto secara umum sering dikaitkan dengan pengaruh kuliner Tionghoa. Terdapat catatan yang menyebutkan bahwa soto merupakan adaptasi dari makanan Tionghoa bernama caudo. Caudo adalah hidangan berkuah dengan rempah-rempah yang berisi daging dan jeroan sapi. Melalui proses asimilasi bahasa di Indonesia, nama caudo bertransformasi menjadi soto atau coto di berbagai daerah. Meskipun demikian, soto yang berkembang di Indonesia tidaklah sama persis dengan caudo aslinya. Bumbu rempah yang digunakan mengalami penyesuaian signifikan, menggunakan bahan-bahan lokal.
Sentuhan Global dan Rempah Lokal
Perkembangan bumbu soto juga diperkirakan mendapat pengaruh dari masakan India, khususnya melalui penggunaan kunyit yang mirip dengan sajian kari. Namun, kunci keunikan soto di Indonesia tetaplah pada sentuhan rempah-rempah asli Nusantara, seperti kemiri, serta penambahan jeruk limau yang memberikan kesegaran asam yang khas. Di setiap kota, bumbu soto memiliki karakteristik yang berbeda-beda, menciptakan variasi regional yang kaya. Untuk Soto Betawi, penambahan santan dan rempah yang kuat menjadi pembeda utama.
Karakteristik, Inovasi, dan Pembeda Lawar Bali dengan Soto Serupa
Kuah Santan Sebagai Identitas Utama
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: