Gelombang Pengunduran Diri dan Masalah Upah Bayangi Taru Martani

Gelombang Pengunduran Diri dan Masalah Upah Bayangi Taru Martani

Ketua Serikat Pekerja Taru Martani, Suharyanto, membeberkan keresahan buruh mulai dari persoalan upah, tunjangan, hingga gelombang resign karyawan.--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id

Mereka pun menyoroti persoalan ketidakadilan pengupahan dan kondisi kerja yang dinilai menekan psikologis karyawan. Masalah tersebut dinilai semakin memicu keresahan di kalangan buruh, termasuk mereka yang sudah lama mengabdi.

Ketua Serikat Pekerja Taru Martani ini mengungkapkan karyawan lama merasa tidak memperoleh apresiasi yang layak dari perusahaan. 

“Akibatnya karyawan lama merasa tidak adil. Bahkan gaji pokok karyawan lama bisa setara dengan karyawan kontrak,” jelasnya. 

Saat ini, Taru Martani memiliki sekitar 200 pekerja, dan mayoritas di antaranya telah aktif berserikat untuk memperjuangkan hak-haknya. 

“Sekitar 200 orang, tapi yang aktif berserikat ada 150 orang,” sebutnya.

Ia menambahkan, permasalahan bukan hanya soal upah, tetapi juga kenyamanan kerja yang semakin menurun. Menurutnya, banyak karyawan yang bekerja dalam kondisi penuh ketakutan akibat gaya komunikasi pimpinan. 

“Kenyamanan kerja. Banyak karyawan kerja dalam keadaan takut,” imbuhnya.

Kondisi tersebut diperburuk dengan penggunaan bahasa kasar dalam lingkungan kerja sehari-hari. 

“Kata-kata kasar sering muncul, misalnya umpatan atau bentakan yang tidak pantas,” tambahnya. 

Serikat pekerja menilai situasi ini berpotensi merusak loyalitas buruh sekaligus menurunkan produktivitas. 

Oleh karena itu, mereka mendesak manajemen Taru Martani untuk segera memperbaiki pola kepemimpinan, menerapkan struktur pengupahan yang adil, serta menciptakan iklim kerja yang sehat demi keberlangsungan perusahaan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait