Ratun Untoro Dorong Digitalisasi Tradisi Lisan: “Hal-hal Esensial Sulit Ditangkap Hanya Lewat Teks”

Ratun Untoro Dorong Digitalisasi Tradisi Lisan: “Hal-hal Esensial Sulit Ditangkap Hanya Lewat Teks”

Ratun Untoro, Widyabasa Ahli Madya Balai Bahasa DIY (baju biru), sedang menjelaskan program digitalisasi tradisi lisan Nusantara.--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id

YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Pelestarian tradisi lisan Nusantara terus mendapatkan perhatian serius melalui digitalisasi, karena banyak unsur penting budaya sulit ditangkap hanya lewat teks. 

Inisiatif ini juga menjadi sarana untuk mendukung penelitian dan pendidikan lanjutan di bidang kebudayaan.

Pengurus Balai Bahasa DIY sekaligus Widyabasa Ahli Madya, Ratun Untoro, menjelaskan pengalamannya dalam bidang tradisi lisan. 

“Hal-hal seperti itu sulit ditangkap hanya lewat teks,” katanya, menekankan pentingnya rekaman audio dan visual dalam menjaga esensi budaya, Sabtu (18/8/2025). 

BACA JUGA : Komunitas Sastra Yogyakarta Hadirkan Rekomendasi Kuat untuk Perkuat Ekosistem Literasi

BACA JUGA : Festival Sastra Yogyakarta Diapresiasi Sekda Kota: Kehangatan Menyatukan dan Menginspirasi

Ia menceritakan bahwa dirinya telah mengerjakan digitalisasi dan pelestarian tradisi lisan sejak 2010 dan mulai fokus secara intensif sejak 2011. 

“Saya sendiri sudah mengerjakan ini sejak 2010, dan mulai fokus sejak 2011,” ucapnya.

Selain itu, Ratun menyoroti kontribusi Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) yang telah lama bergerak di bidang ini dan melahirkan banyak lulusan S2 dan S3 yang berkompeten. 

“ATL sendiri sudah lama bergerak dan melahirkan banyak lulusan S2 dan S3,” ungkapnya.

Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai kegiatan dan program ATL, ia menyarankan publik mencari referensi melalui mesin pencari. 

“Silakan cari di Google tentang Asosiasi Tradisi Lisan untuk mengetahui lebih lengkap,” tambahnya.

Upaya Menyelamatkan Warisan Budaya 

Balai Bahasa DIY terus mendorong digitalisasi tradisi lisan Nusantara sebagai upaya melestarikan warisan budaya yang terancam hilang. 

Langkah ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi audio dan visual agar esensi tradisi tetap utuh, tidak hanya tersimpan secara tertulis.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait