Kuda Lumping Polda DIY: Menjaga Jathilan agar Tak Punah

SLEMAN, diswayjogja.id – Malam itu, alunan lagu mengalun pelan, menjadi pengantar sebuah ritual budaya yang sarat simbol dan makna. 

Para penampil sudah melakukan persiapan panjang, mulai dari menata kayu sebagai properti, hingga mengenakan kostum khas berwarna biru yang menjadi identitas kelompok mereka.

Di tengah arena, suara cambuk terdengar nyaring memecah udara. 

Seorang penari dengan penuh semangat melakukan gerakan unik, memukulkan cambuk sambil menirukan gerakan memacu kuda. 

BACA JUGA : Bandar Judi Online Bantul Belum Tertangkap, JPW Sebut Polda DIY Janggal

BACA JUGA : Peringatan HUT ke-80 RI, Paguyuban Sopir Truk Jogja Bareng Polda DIY Bagikan Sembako dan Bendera

Suara keras itu bukan sekadar bunyi, melainkan tanda dimulainya rangkaian atraksi yang dinanti. Keunikan lain muncul lewat detail kecil yang tak kalah menarik.  

Di keris yang terselip di pinggang, ada hiasan “kembang” yang menjadi simbol kekuatan. 

Lalu, ada satu momen ketika seorang penari masuk di tengah lingkaran, menirukan gerakan naga. Adegan itu menjadi pusat perhatian, terutama ketika kepala naga seakan dipisahkan dari badannya dalam sebuah atraksi dramatis.

Tak berhenti sampai di situ, atmosfer sakral semakin terasa ketika dupa dibakar. Asap tipisnya mengepul, berpadu dengan aroma sesajen yang berisi buah semangka, pisang, dan aneka hasil bumi lain. 

Di sisi arena, seorang penampil meminum air bunga mawar berwarna ungu, bahkan menyantap kelopaknya. 

BACA JUGA : Penemuan Peluru Mortil Satu Meter di Ngemplak Sleman, Gegana Brimob Polda DIY Diterjunkan

BACA JUGA : JPW Kritik Polda DIY Tangkap Pemain, Bandar Judi Online Diduga Kebal Hukum

Tindakan itu seolah mempertegas hubungan manusia dengan alam semesta. Gerakan demi gerakan kian menegangkan saat ada atraksi kesurupan. 

Sumber: