SLEMAN, DISWAYJOGJA - Seni cahaya yang indah dan menawan ditampilkan dalam Sumonar 2023 bertajuk Being as Such. Lebih istimewanya, penyelenggaraan Sumonar yang dibuka Sabtu (25/11/2023) kali ini berani tampil beda dari tahun sebelumnya dengan mengambil lokasi di Museum Affandi.
BACA JUGA:Sri Sultan : Peningkatan Mutu Pendidikan Menjadi Salah Satu Program Prioritas DIY
Festival video mapping dan seni cahaya tahunan yang diinisiasi Jogja Video Mapping Projet (JVMP) ini menjadi ruang interaksi penikmat seni instalasi cahaya. Festival yang berlangsung sampai 5 Desember 2023 ini juga menjadi tempat berkumpulnya para pelaku dan pecinta seni cahaya dari Indonesia bahkan dunia.
BACA JUGA:Dibuka Sri Sultan HB X, 494 Peserta Ikuti Perkemahan Antar Satuan Karya Pramuka Tingkat DIY
Hadir dalam pembukaan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf Vinsensius Jemadu, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Laksmi Pratiwi dan Penasihat Sumonar KPH Purbodiningrat. Tampak pula pada acara pembukaan putri maestro Affandi, Kartika Affandi, Ketua Barahmus DIY Hajar Pamadhi dan sejumlah tamu undangan lainnya.
BACA JUGA:Temui Sri Sultan HB X, Duta Besar Inggris Bahas Peran Yogyakarta untuk Indonesia dan Dunia
Kepala Disbud DIY Dian Laksmi Pratiwi mengatakan, Sumonar ini merupakan festival yang sangat dinantikan dan salah satu festival yang menguatkan inovasi dengan pemanfaatan informasi teknologi (IT). Pemda DIY melalui Disbud selalu akan memberikan dukungan penuh penyelenggaraan gelaran ini. Sebab, ini menyangkut dengan Visi Misi Gubernur DIY dalam inovasi dan pemanfaatan IT.
BACA JUGA:Sri Sultan HB X Terima 120 Naskah Digital Manuskrip Jawa Kuno dari Duta Besar Inggris
”Gelaran Sumonar 2023 menjadi istimewa karena berani mengambil tantangan baru untuk diselenggarakan di Museum Affandi. Kami senantiasa berpikir mendekatkan museum tidak hanya kepada masyarakat tetapi ke berbagai sektor seni dan media untuk menjadi bagian promosi bersama,” ujarnya.
BACA JUGA:Sri Sultan : Warisi Semangat Pahlawan, Indonesia Bukan Pecundang
Dian menaruh harapan agar Sumonar menjadi festival seni cahaya bergengsi yang kemudian dikenal luas. Selain itu, titik-titik pertunjukan Sumonar ini juga mengambil obyek-obyek kebudayaan. Salah satunya bangunan heritage. Hal ini menjadi bagian persinggungan dengan kebudayaan yang sekiranya mampu mendukung festival Sumonar nantinya.
”Festival ini diharapkan mampu berdampak secara luas, menumbuh suburkan ekosistem khususnya seni cahaya di DIY dan tantangan kita untuk menjadi barometer Indonesia. Semoga seni cahaya ini mampu menjadi energi untuk merefleksikan, menggali nilai budaya, tingginya inovasi seni dan menjadi pencerah Yogyakarta yang gaung budayanya tidak pernah padam,” ungkapnya.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf Vinsensius Jemadu menegaskan, event seni budaya turut memberikan kontribusi yang luar biasa bagi pariwisata maupun ekonomi kreatif.
DIY sendiri memiliki vibrasi yang luar biasa dan selalu dikunjungi banyak orang dari berbagai daerah maupun negara lainnya. Dengan demikian, memberikan kontribusi luar biasa terhadap pergerakan wisatawan baik Nusantara dan mancanegara.
”Tidak mengherankan apabila banyak seniman yang lahir di DIY. Terlebih dengan penyelenggaraan Sumonar yang menampilkan seni media baru maupun besarnya potensi ekonomi kreatif di DIY. Indonesia sendiri menempatkan posisi tiga untuk ekonomi kreatif setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan,” jelasnya.