Sejarah Kampung Pandeyan, dari Pandai Besi hingga Jadi Pusat Ragam Budaya Yogyakarta

Sejarah Kampung Pandeyan, dari Pandai Besi hingga Jadi Pusat Ragam Budaya Yogyakarta

Sejarah lengkap Kampung Pandeyan Yogyakarta--Foto by Kampung Wisata Yogyakarta

Selain itu, juga memasuki masa kemenangan dan kesucian kembali (fitri) maka dengan semangat gotong royong dan kebersamaan dan dengan kerendahan hati.

Nantinya, warga akan saling memberi dan meminta maaf dimana hal itu disimbolkan dengan adanya gunungan yang dibuat dari rangkaian ketupat.

Filosofinya sendiri kurang lebih artinya dalam bahasa jawa adalah “ngaku lepat” atau mengaku salah.

Prosesi upacara adat dan tradisi bakdo kupat dimulai dengan kirab atau arak arakan gunungan ketupat dan diiringi jodang yang berisi ketupat dan kelengkapannya. 

Arak arakan diikuti oleh segenap warga masyarakat pandean serta berbagai kelompok kesenian rakyat dan dikawal oleh kelompok bregodo keprajuritan.

Setelah kirab selesai kemudian peserta kirab berkumpul di halaman depan masjid setempat untuk berdoa bersama memohon perlindungan dan keselamatan.

Setelah upacara adat dan tradisi bakdo kupat selesai, malam harinya akan digelar pertunjukan wayang kulit di pendopo rumah budaya pandeyan yang dibawakan oleh warga pandeyan sendiri.

Kehidupan yang Masih Kental Suasana Pedesaan

Satu hal yang menarik dan unik di kampung wisata pandeyan adalah suasana tata sosial kehidupan sehari hari masyarakatnya.

Suasana disini masih sangat kental dengan tata kehidupan sosial pedesaan, padahal kampung pandeyan kini sudah berkembang menjadi sebuah kampung dalam perkotaan.

Namun, kehidupan yang guyub rukun dan semangat gotong royongnya masih terjaga dengan baik termasuk dalam kerukunan hidup beragamanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jogja.babad.id