Pencak Wisata Budaya 4, Membuka Wawasan Pencak Silat dan Perkenalkan Berbagai Budaya Lokal ke WNA
Ilustrasi Ajang dua tahunan Pencak Malioboro Festival dengan tajuk ‘Pencak Wisata Budaya 4’ Membuka Wawasan Pencak Silat dan Berbagai Budaya Lokal Lain ke WNA--iStockphoto
BACA JUGA : Percepatan Digitalisasi Layanan BAZNAS Kota Yogyakarta Memudahkan Masyarakat Bayar Zakat
BACA JUGA : Wujudkan Perlindungan Anak, Pemkot Yogyakarta Gelar Bimtek Raih Predikat Kota Layak Anak
Dalam parade Pencak 4 Jam ini, masyarakat berpeluang untuk melihat lebih dekat tentang keberagaman pencak silat. Acara ini juga sekaligus menjadi sarana para praktisi silat tradisional dalam menunjukkan serta mempromosikan kekhasan aliran masing-masing yang berbeda.
Menurut Yosi, acara ini diikuti oleh puluhan perguruan pencak silat dari DIY, Jawa Tengah, Jawa Barat, bahkan Kalimantan.
“Kami ada istilahnya ‘kaulan’, yaitu bersilat tampil menunjukkan keahliannya. Memperkenalkan pencak silat dalam ranah budaya, bukan pertandingannya ya,” ujar Yosi.
“Tahun 2019 kami ada delapan ribu pesilat pawai (parade ilmu) dari 60 perguruan,” jelasnya.
Kenalkan Wajah Pencak Silat Sesungguhnya
Yosi menambahkan, agenda rutin dua tahunan ini sudah diselenggarakan sejak tahun 2012 dengan tujuan melestarikan pencak silat sebagai budaya tak benda Tanah Air yang telah diakui oleh dunia.
Acara yang mendapat dukungan dari Dana Keistimewaan (Danais), diharapkan bisa menjadi wadah yang dapat merangkul seluruh elemen pencak silat tradisional.
Baik aliran, perguruan, maupun pemerhati agar melestarikan warisan budaya bersama-sama dan menjadikan pencak silat tradisional sebagai tuan rumah di negara sendiri yakni Indonesia.
BACA JUGA : Awal Mula Prambanan Jazz Festival, Dari Rugi Hingga Sukses Seperti Sekarang
BACA JUGA : PAFI Kulonprogo Berperan Penting Tingkatkan Kesehatan Masyarakat di Wilayah Kulonprogo
Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan) DIY, Dwi Agung Hernanto menyatakan dukungan Dana Keistimewaan (Danais) untuk Pencak Wisata Budaya 4 tak lain sebagai upaya Pemda DIY berkontribusi untuk menjaga eksistensi pencak silat.
“Kadang-kadang orang tak paham silat ini bisa untuk srawung, pertunjukkan, dan sebagainya. Tahunya untuk bela diri bahkan tawuran, ini yang kita minimalkan. Bahwa budaya kita dari nenek moyang kita adalah ini sebagai cara mengolah raga dan rasa sehingga antar sesama praktisi pencak ini bisa rukun dan terjadi perdamaian,” ujar Suryadi dari Paseduluran Angkringan Silat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: jogja.idntimes.com