Kenali Tradisi Seserahan Pernikahan Adat Betawi Sebelum Kamu Meminang Wanita Asal Betawi!

Kenali Tradisi Seserahan Pernikahan Adat Betawi Sebelum Kamu Meminang Wanita Asal Betawi!

Tradisi Seserahan Pernikahan Adat Betawi-pinterest.com-

DISWAY JOGJA - Tradisi seserahan pernikahan bukanlah hal yang asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk Betawi. Dalam masyarakat Betawi seserahan merupakan bentuk kesiapan dan tanggung jawab pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan dalam kehidupan mereka nantinya.

Sejarah tradisi seserahan pernikahan dalam Adat Betawi tak sekadar ikatan resmi sebuah hubungan. Terdapat nilai-nilai adat yang kental di dalamnya. Temasuk tradisi pemberian seserahan sebelum pesta perkawinan.

Nah, bagaimana awal mula seserahan dalam masyarakat Betawi? Yuk simak penjelasannya dibawah ini

BACA JUGA : Ini Dia Tradisi Seserahan Pernikahan Adat Jawa Yang wajib Kamu Ketahui!

Konon muasal tradisi seserahan pernikahan dalam adat Betawi berawal sejak zaman VereenigdeOostCompagnie (VOC). Tepatnya di bawah pimpinan Jan PietersszoonCoen sebagai gubernur Hindia Belanda (1557-1629) yang ingin membangun masyarakat Kolonial Batavia secara permanen.

Tradisi seserahan pernikahan tersebut digunakan sebagai jaminan keamanan bagi gadis yang akan didatangkan ke Hindia Belanda yang berupa seperangkat busana. Mereka akan “menikah dan baik-baik”. Setelah menikah, mereka masih diberi tambahan berupa pakaian rumah tinggal, serta uang ekstra untuk memenuhi kebutuhan. Perempuan-perempuan ini diwajibkan tinggal selama lima belas tahun di Hindia Belanda.

Sejarah tradisi seserahan pernikahan dalam adat Betawi tak jauh berkaca pada hal ini, Jean Gelman Taylor dalam Kehidupan Sosial di Batavia: Orang Eropa dan Eurasia di Hindia Timur (2009) menyatakan kebiasaan di masa VOC ini selanjutnya berkembang dalam masyarakat Batavia. Masyarakat Betawi kemudian mengenal aturan perkawinan berdasarkan pada ajaran agama Islam.

Namun, masyarakan pribumi menerapkan tradisi seserahan pernikahan sebagai simbol melindungi pasangan. Dengan adanya pemberian jaminan kehidupan pernikahan yang terwakili dengan tercukupinya kebutuhan sandang, pangan dan papan. Atau istilahnya tanggung jawab antara mempelai lelaki ke mempelai perempuan.

BACA JUGA : Erang – Erang, Tradisi Seserahan Pernikahan Adat Bugis yang Memiliki Khas Sendiri

Dalam implementasinya, Masyarakat Betawi mengenal seserahan dalam upacara pernikahan. Namun tujuannya sama, yakni melindungi pasangan dengan memberikan jaminan kehidupan pernikahan dan mencukupi sandang, pangan, serta papan.

Secara umum, dalam perkawinan adat Betawi mengenal tradisi memberikan seserahan, yakni hantaran dari mempelai laki-laki ke perempuan.

Biasanya tradisi seserahan pernikahan tersebut berupa uang, makanan, bahan mentah, perlengkapan perempuan, peralatan dapur. Khusus seserahan lain biasanya ditambah dengan mahar, sirih nanas, roti buaya, hingga pelangkah. Tidak ada Batasan dalam pemberian seserahan atau sesuai dengan kesanggupan mempelai pengantin laki-laki.

Meski makna seserahan bertujuan  memuliakan  calon  pengantin  perempuan. Namun,  dampak  ekonomi dalam seserahan akan terasa, terutama pada pihak mempelai laki-laki. Mempelai lelaki yang tak mampu memenuhi permintaan seserahan pihak perempuan berpotensi mengalami pembatalan sepihak.

Prosesi Tradisi Seserahan Pernikahan dalam Adat Betawi

Prosesi  perkawinan  adat  Betawi  secara  umum  oleh  masyarakat  dikenal  dalam beberapa tahapan yaitu Ngedelengin, Ngelamar, Bawa Tande putus. Selanjutnya,  Akad nikah, Kebesaran, Negor, Pulang Tige Ari. Sementara pihak wanita melakukan acara khusus seperti Dipiare, Ditanggas, Centung, Malem Pacar.

Tiap wilayah di Betawi memiliki perbedaan baik dalam sebutan acara atau pelaksanaannya termasuk di wilayah Condet. Dalam Ram Ramelan, dijelaskan bahwa rangkaian acara di Condet dimulai dari Ngelancong,   Ngelamar,   Bawa   Uang,   Akad   Nikah,   Maulid,   Dirayakan,   Malam Pengantin/Negor, Ngalap.

Walapun tahapan perkawinan  bertujuan sama, namun  teknik  pelaksanaan  rangkaian  acara  perkawinan  antara  satu wilayah dengan wilayah lain sangat berbeda. Saat ini, setelah lamaran diterima, dan selesai Tande Putus, di luar uang belanja untuk keperluan pesta, banyak   masyarakat melakukan seserahan sebagai seremonial menjelang akad. Mereka melaksanakan palang pintu terlebih dahulu.

BACA JUGA : Kepo Dengan Makna Uang Panai Suku Bugis? Simak Penjelasan Tradisi Seserahan Pernikahan Dari Sulawesi Selatan

Acara palang  pintu ini  dilakukan  di  rumah  mempelai  pengantin perempuan, rombongan calon pengantin laki-laki (Ngerundat) dengan melewati prosesi palang  pintu agar  bisa  sampai  ke  prosesi Seserahan.

Selanjutnya, dilakukan  sambutan  dari  kedua  belah  pihak  calon  pengantin. Seserahan diberikan  oleh  pihak  keluarga  pengantin  laki-laki  sebagai  bentuk  simbolik. Tidak ada pembeda waktu secara ketat kapan seserahan diberikan. Seperti apakah dalam acara Ngelamar atau Tande Putus. Setelah lamaran diterima, maka selain uang belanja, semua benda diserahkan menjelang ijab qobul

Nah, itulah sedikit gambaran mengenai tradisi seserahan pernikahan dan prosesi perkawinan dalam Adat Betawi. Ternyata tradisi seserahan pernikahan ini sudah ada sejak zaman VOC lohh. Semoga arikel ini dapat memberikan manfaat. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: