Bencana Alam Mengancam, 35 Persen Hutan Lindung Beralih Fungsi Jadi Lahan Pertanian
RAKOR - Kepala BPBD Brebes menggelar rakor siaga bencana dengan semua stakeholder terkait di KPT Brebes.-SYAMSUL FALAQ/ RATEG -
BREBES, DISWAYJOGJA - Maraknya perambahan hutan lindung di kawasan Lereng Barat Gunung Slamet, masih menjadi biang kerok terjadinya pemicu bencana alam. Sebab, 35 persen atau sekitar 2.168 hektare lahan hutan lindung justru beralih fungsi menjadi lahan pertanian.
BACA JUGA:Cegah Bencana, Tim Gabungan Tanam 16 Ribu Pohon di Hutan Gunung Slamet Kabupaten Tegal
Akibatnya, bencana alam menjadi ancaman serius seperti tanah longsor hingga banjir bandang. Mengingat, cakupan hutan lindung yang semakin gundul karena tidak tertutup vegetasi dalam menyerap air tanah.
BACA JUGA:Simak Biar Paham! Inilah 2 Cara Penagihan oleh DC Lapangan Pinjol kepada Para Nasabah Galbay
Kepala BPBD Kabupaten Brebes Nuhsy Mansyur menjelaskan, alih fungsi hutan lindung menjadi lahan pertanian masih menjadi pekerjaan rumah besar dalam penyumbang terjadinya bencana alam. Sehingga, butuh perhatian serius khususnya wilayah Kecamatan Sirampog dan Paguyangan menjadi penyangga lereng barat Gunung Slamet.
BACA JUGA:7 Obat Alami untuk Mengobati Radang Tenggorokan
”Ketika hutan lindung digunduli, bahkan digarap menjadi lahan pertanian tanpa pertimbangan ekologis. Justru menjasi pemicu bencana alam, karena fungsi penahan aliran air hujan sudah sangat berkurang," ungkapnya saat rakor siaga bencana di KPT Brebes, Kamis (14/12) lalu.
BACA JUGA:Perambahan Hutan Lindung Gunung Slamet, DPRD Brebes Desak Perhutani Perketat Pengawasan
Dampak langsung dari perambahan hutan lindung, lanjut Nuhsy, bisa dirasakan karena tanah menjadi sangat rentan terhadap erosi. Kemudian, kualitas tanah juga menurun, dan memicu longsor, tanah bergerak, hingga banjir bandang. Bahkan, tingkat kerusakan akibat banjir bandang sangat luar biasa dibandingkan banjir rob atau banjir di wilayah pesisir.
”Meski banjir bandang cuma sebentar, tapi tingkat kerusakan sangat tinggi. Karena banjir ini, membawa material dari atas apa saja, baik itu pohon, batu besar, lumpur, dan lainnya,” terangnya.
BACA JUGA:Perambahan Hutan Lindung Gunung Slamet, DPRD Brebes Desak Perhutani Perketat Pengawasan
Nuhsy Mansyur menuturkan, berdasarkan data BPBD Brebes. Sejak 2022 hingga November 2023, terjadi 396 kali peristiwa bencana alam. Bencana itu, didominasi tanah longsor di wilayah pegunungan, serta banjir dan angin kencang di wilayah tengah. Sehingga, perlu kesiapsiagaan semua komponen dalam menghadapi bencana yang terjadi serta dampak yang ditimbulkan.
”Target ke depannya, penambahan pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) yang kini terbesar di 10 kecamatan,” imbuhnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: