Musim Hujan Waspada Longsor, Begini Tanda-tandanya Menurut Pakar UGM

Musim Hujan Waspada Longsor, Begini Tanda-tandanya Menurut Pakar UGM

Begini tanda-tanda apabila terjadi longsor menurut Pakar UGM--iStockphoto

JOGJA, diswayjogja.id - Peristiwa tanah longsor yang terjadi di Pekalongan, Selasa (21/1/2025) lalu, memakan korban yang cukup banyak.

Saat ini pun masih berlangsuh proses untuk pencarian para korban yang belum ditemukan. Peristiwa ini terjadi setelah hujan deras yang melanda Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah.

Penyebab utama dari kejadian tanah longsor ini adalah curah hujan dengan intensitas sangat tinggi.

Mengacu pada data hujan dari satelit diperkiraan telah terjadi hujan beberapa hari sebelum kejadian longsor dengan intensitas hujan ada yang mencapai 93 mm/hari.

BACA JUGA : Hadapi Ancaman Bencana Longsor, BPBD Kabupaten Sleman Lakukan Beberapa Mitigasi Pencegahan

BACA JUGA : Cuaca Ekstrem hingga Talud Longsor, Warga Yogyakarta Diminta Waspada Tanda Kerawanan Bencana

Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa curah hujan 30 mm per hari atau 63 mm per tiga hari bisa memicu longsor di Pulau Jawa.

Kondisi lingkungan juga memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap kejadian longsor ini seperti perubahan fungsi lahan.

Dosen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr.Eng. Ir. Wahyu Wilopo S.T., M.Eng., IPM., mengatakan kejadian bencana longsor di Pekalongan ini ini mengingatkan semua pihak tentang pentingnya melakukan kegiatan mitigasi khususnya pada bencana yang dipicu oleh kondisi hidrometeorologi seperti longsor, banjir ataupun angin ribut yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan.

“Jumlah dan dampaknya makin meningkat akibat dipicu adanya perubahan iklim global,” kata Wahyu, Jumat (24/1/2025).

BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Segera Bangun Rumah untuk Warga yang Terdampak Talud Longsor di Ngampilan

BACA JUGA : Jalur Alternatif Yogyakarta-Magelang Longsor, Pemda DIY Anggarkan Rp2 Miliar dan Ditargetkan Rampung 5 Bulan

Soal penyebab kejadian longsor ini, diakui Wahyu Wilopo akibat lokasinya yang berada di kaki lereng juga dijumpai morfologi kipas kolovial (sedimen lepas) dengan kemiringan lereng yang cukup terjal dan material yang agak lepas.

“Batuan yang menyusun Petungkriyono adalah batuan vulkanik dan juga endapan hasil runtuhan pada masa lampau yang terdiri dari lempung sampai bongkah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jogja.tribunnews.com