60 Hektare Lahan Terendam Banjir, Petani Bawang Merah di Brebes Rugi Ratusan Juta

60 Hektare Lahan Terendam Banjir, Petani Bawang Merah di Brebes Rugi Ratusan Juta

Petani di Desa Sidamulya Kecamatan Wanasari memanen dini tanaman bawang merah karena terendam banjir. (Foto: Eko Fidiyanto/Radar Brebes) -Radar Brebes-Radar Brebes

BREBES (Disway Jogja) - Hujan deras yang mengguyur pada Sabtu (16/7), tidak hanya membuat banjir di pemukiman penduduk.

 

Lahan pertanian bawang merah di Kabupaten Brebes juga harus rela mengalami kerugian yang besar. Sebab, Puluhan hektare tanamnnya terendam banjir.

 

Tanaman bawang merah terendam banjir terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes. Akibatnya petani mengalami kerugian hingga ratusan juta per satu hektare lahan yang terendam banjir.

 

Saat ini, rata-rata usia tanaman bawang merah baru mencapai 45 hari. Padahal untuk dipanen biasanya berumur 60 hari.

 

”Kasihan petani saat ini kondisi sawah sedang banjir. Meskipun usia tanam masih kurang matang, petani terpaksa memanen lebih dini. Panen dini ini untuk menyelamatkan bawang merah, meskipun hasilnya kurang maksimal. Kalau dibiarkan terendam sampai dua hari, bawang akan busuk,” kata petani bawang merah asal Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari, Juwari.

 

Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) ini menerima laporan dari kelompok tani di Kecamatan Wanasari. Dimana untuk sementara tanaman bawang merah yang terendam banjir sekitar 50-60 hektare.

 

Namun demikian, jumlah luasan lahan yang terendam banjir bisa terus bertambah. Hal ini lantaran saat ini pihaknya masih melakukan pendataan.  

 

”Kalau banjir begini, satu hektare lahan siap panen merugi sampai Rp130 juta. Padahal, perkiraan di bulan-bulan ini biasanya tidak turun hujan dengan intensitas tinggi. Tapi sejak semalam hujan intensitas tinggi. Memang, ini perubahan anomali cuaca yang membingungkan petani,” jelasnya.

 

Banjir yang merendam areal persawahan kali ini paling besar dalam kurun waktu sebulan terakhir. Selain banjir, penyebab areal lahan terendam banjir lantaran saluran Sungai Layapan yang menyempit. Sungai itu berada di bawah ruas tol Trans Jawa. Saat ini sungai mengalami pendangkalan sungai. Dengan demikian, aliran sungai tak lancar atau menghambat.

 

”Sebulan belakangan, dampak banjir yang merendam lahan pertanian bawang merah khusunya kali ini paling besar. Kami harap pemerintah untuk segera melakukan normalisasi sungai Layapan. Terutama di sisi utara setelah menyeberang ruas tol karena mengalami pendangkalan yang parah. Sudah berulang kali kami usulkan ke pemerintah, tapi sampai saat ini masih belum ada respon,” tandasnya.

 

Sementara itu, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Brebes Masruchi Bachro mengatakan, HKTI mendukung langkah petani yang memanen dini tanaman bawang merahnya. Menurut dia, panen dini bisa meminimalisir para petani mengalami kerugian cukup besar karena gagal panen.  

 

”Ini cara jitu, ketimbang tidak dipanen dulu malah nanti petani bisa tambah rugi karena rusak dan membusuk. Bisa-bisa petani gagal panen kalau menunggu masa panen,” ungkap Masruchi Bachro.

 

Menurut dia, yang perlu diperhatikan yakni pemicu terjadi banjir yang merendamkan lahan persawahan di saat hujan deras turun. Dengan adanya bangunan bangunan perumahan dan jalan tol harus dipikirkan soal saluran pembuangan airnya. Termasuk tidak adanya normalisasi sungai Layapan yang melintasi sejumlah desa di Kecamatan Wanasari.

 

”Harusnya Pemkab tanggap agar petani tidak mengalami kerugian akibat bencana banjir,” jelasnya. (fid)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radar brebes