Sukses Berkarya Sebelum 30: Tiga Kartini Muda Ini Bangun Brand Fesyen Lokal Berdayakan Perempuan dan Komunitas
Tiga Kartini muda pendiri Luxxe Studio bangun brand fesyen lokal yang berdayakan perempuan dan komunitas--
Jakarta, diswayjogja.id - Setiap tahunnya, 21 April menjadi hari penting untuk mengenang perjuangan Kartini sebagai sosok yang menginspirasi wanita untuk berkembang dan berkarya.
Semangat inilah yang terus hidup dan tercermin dalam perjalanan tiga pendiri Luxxe Studio, Sabila Anjani Syahrul, Meutia Tasla Syahrul dan Cella Chintania, dalam memberdayakan perempuan melalui inovasi dan kolaborasi dalam memajukan bisnis fashion mereka sejak 2016.
Luxxe Studio lahir dari inspirasi yang sederhana, berawal dari pengalaman pribadi para co-founder yang kerap kesulitan menemukan pakaian formal sesuai selera.
“Kami ingin menciptakan pakaian yang memang ingin kami pakai sendiri, fesyen piece yang tidak hanya stylish, tetapi juga memiliki potongan yang tepat dan kualitas yang dapat diandalkan,” ujar Sabila Anjani Syahrul, salah satu Co-Founder Luxxe Studio.
BACA JUGA : Trending! Kemunculan Legenda Ronaldinho di Iklan Terbaru Shopee Disambut Meriah Netizen
Menurutnya, di tengah banyaknya brand fesyen yang bermunculan saat ini, memiliki keunikan menjadi sangat penting, namun tetap harus relevan dengan kebutuhan perempuan akan pakaian yang nyaman dan fungsional.
Perjalanan Luxxe Studio bukan tanpa tantangan, namun mereka selalu mencari solusi terbaik untuk terus memajukan usahanya.
Salah satunya dengan mengikuti course di salah satu sekolah fesyen terbaik di Indonesia untuk terus keep up dengan industri fesyen, baik secara bisnis maupun teknis.
Belajar bagaimana proses pembuatan pakaian hingga cara melihat industri dari sudut pandang bisnis.
BACA JUGA : Kisah Sukses Bonavie: Parfum Lokal yang Merasakan Peningkatan Bisnis Melalui Shopee Live
Di sisi lain, tantangan yang juga harus mereka hadapi adalah membangun semua pondasi Luxxe Studio dari dasar seperti produksi, pemasaran, hingga kepercayaan pelanggan satu per satu.
Karena platform, e-commerce dulu belum se-populer sekarang, Sabila mengungkap bahwa dulu pihaknya harus melakukan transaksi satu per satu lewat fitur perpesanan di media sosial.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: