Sleman Bentuk Sistem Kesehatan Mental Remaja Terpadu, Ada Psikolog di Puskesmas hingga Posbindu Atlet
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama saat memberikan keterangan mengenai layanan kesehatan mental remaja dan sistem pendampingan terpadu, di Kantor Dinkes Sleman, Jumat (21/11/2025).--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id
SLEMAN, diswayjogja.id - Upaya Pemerintah Kabupaten Sleman dalam memperhatikan kesehatan remaja diperkuat melalui layanan terpadu, termasuk pemantauan khusus bagi atlet muda dan intervensi psikologis berbasis sekolah.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama mengatakan bahwa perhatian pada kesehatan fisik harus berjalan seiring dengan pemantauan kondisi mental, terutama pada kelompok usia produktif dan rentan seperti pelajar dan atlet.
“Untuk pemuda, kami sudah menyiapkan layanan, termasuk Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) untuk atlet di Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora). Tujuannya agar kesehatan fisik dan mental atlet tetap terpantau,” katanya di Sleman, Jumat (21/11/2025).
Menurutnya, pemantauan kesehatan atlet bukan hanya soal cedera atau kebugaran, tetapi juga kondisi emosi dan psikologis yang sering kali tidak terlihat langsung.
“Kadang bisa terlihat ada yang depresi atau mengalami masalah psikologis, sehingga intervensi bisa dilakukan,” ucapnya.
Ia menjelaskan bahwa faktor penyebab permasalahan mental pada remaja saat ini tidak tunggal dan cenderung kompleks.
BACA JUGA : Daftar Wisata Umbul di Klaten Paling Menarik Dikunjungi, Pesona Alam dan Airnya Menyegarkan Jiwa Raga
BACA JUGA : Wajib Kunjungi Tiga Permata Tersembunyi Lombok yang Menenangkan Jiwa, Simak Ulasan Lengkapnya Disini
Selain perundungan (bullying), tekanan ekonomi, lingkungan pertemanan, dan latar belakang keluarga menjadi pemicu signifikan.
“Faktor utama masalah remaja saat ini, selain bullying, adalah ekonomi dan lingkungan teman-teman dekat, baik di sekolah maupun tempat kerja. Orang tua juga mempengaruhi,” tuturnya.
Untuk memperkuat layanan, setiap puskesmas di Sleman kini memiliki setidaknya satu psikolog.
Selain itu, intervensi dilakukan secara langsung ke sekolah dengan pendekatan berbasis kelompok.
Metode ini dinilai mampu memberikan pemetaan lebih jelas mengenai kebutuhan pendampingan.
Dalam praktiknya, siswa dikelompokkan berdasarkan kecenderungan karakter dan kondisi sosial mereka.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: