Penataan Pengamen di Yogyakarta, Disbud DIY Sebut Sumbu Filosofis Jadi Kawasan yang Lebih Nyaman

Oleh karena itu, penataan pengamen perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan lintas sektor.

Ia menambahkan bahwa pihaknya memiliki keinginan untuk tetap memuliakan para pelaku seni jalanan. Namun prosesnya akan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, dengan pendekatan edukatif dan kolaboratif.

BACA JUGA : Bakal Jadi Program Rutin, Uji Coba Malioboro Full Pedestrian 24 Jam pada HUT Kota Yogyakarta

BACA JUGA : Pencak Malioboro Festival 2025 Digelar September, 3.000 Pesilat Nusantara Bakal Peragakan 6 Jam

“Ini bukan soal menyingkirkan. Tapi bagaimana kita bersama-sama memahami ruang publik ini sebagai tempat yang dihormati, dipelihara, dan dimanfaatkan secara bijak,” pungkasnya.

Sebelumnya, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo bakal menertibkan para pengamen dan seniman jalanan seperti Silverman atau manusia silver yang kerap terlihat di kawasan Malioboro dan sekitarnya. 

Pemkot Yogyakarta akan menetapkan titik-titik tertentu yang diperbolehkan untuk aktivitas mengamen. 

Saat ini proses pemetaan titik-titik tersebut sedang dilakukan dan diperkirakan rampung dalam waktu satu minggu ke depan.

BACA JUGA : Aksi Bersihkan Sungai Code, Pemkot Yogyakarta Gandeng TNI dan Komunitas

BACA JUGA : Sri Sultan dan Wali Kota Tebar Benih Ikan di Sungai Code untuk Pelestarian Lingkungan

"Antara Tugu sampai Teteg, misalnya, hanya akan ada lima titik untuk ngamen. Ini agar tidak semua tempat dipenuhi pengamen," kata Hasto.

Selain penentuan lokasi, Pemkot Yogyakarta juga akan melakukan pendataan pengamen untuk digunakan mengatur kuota agar jumlah pengamen tidak terus bertambah.

"Ketika kuotanya sudah cukup, ya kita moratorium. Tidak ada pengamen baru yang bisa masuk dulu," pungkasnya. 

Sumber: