Kemarahan Massa Meluas, PSKP UGM Sebut Akar Konflik dari Ketimpangan Sosial-Ekonomi

Kemarahan Massa Meluas, PSKP UGM Sebut Akar Konflik dari Ketimpangan Sosial-Ekonomi

Sejumlah mahasiswa menggelar aksi demonstrasi di jalanan Yogyakarta, membentangkan poster tuntutan. Aksi berlangsung ricuh setelah aparat menembakkan gas air mata.--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id

Menurutnya, hal itu menjadi pemicu kesenjangan emosional antara rakyat dan pemerintah. 

“Kemewahan dan fasilitas yang dipamerkan para pejabat membuat jurang kekecewaan semakin lebar. Rakyat merasa ditinggalkan,” ucapnya.

Rakyat Tak Lagi Merasa Diwakili

Ia menegaskan bahwa peristiwa ini tidak bisa dipandang sebagai kejadian yang spontan. 

Menurutnya, ledakan emosi publik merupakan akumulasi panjang dari rasa frustrasi akibat kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.

“Jadi rakyat banyaknya ini tidak merasa diwakili, tidak merasa dibela, tidak merasa didengar. Komentar-komentar para wakil rakyat yang menyakiti hati masyarakat justru memperburuk keadaan,” jelasnya.

BACA JUGA : Korban Aksi Demonstrasi Dirawat di RSUP Dr Sardjito, Pemda DIY Tanggung Biaya Kesehatan

BACA JUGA : Sempat Tutup Sehari, Malioboro dan Pasar Beringharjo Kembali Normal Pasca Demonstrasi

Ia menambahkan, tragedi yang menimpa Affan menjadi titik balik dari kekecewaan kolektif masyarakat. 

"Dengan kejadian yang menimpa Affan, kemarahan-kemarahan publik akhirnya meledak. Itu simbol bahwa rakyat tidak lagi bisa menahan rasa frustasi,” tambahnya.

Menurutnya, pekerjaan sebagai pengemudi ojek online sesungguhnya dipilih banyak orang karena keterbatasan akses ke lapangan kerja yang lebih layak, terutama setelah gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran. 

“Banyak orang terpaksa menjadi ojol karena tidak ada pekerjaan lain. Namun status mereka yang hanya mitra membuat posisinya sangat rentan tanpa jaminan kesehatan maupun perlindungan kerja,” imbuhnya.

Ia juga mengkritisi klaim pemerintah soal penurunan angka pengangguran dan kemiskinan. Menurutnya, pekerjaan informal seperti ojek online tidak bisa dianggap sebagai pekerjaan yang benar-benar menyejahterakan. 

“Makanya presiden sempat bilang angka pengangguran menurun, angka kemiskinan menurun. Padahal sebetulnya pekerjaan mereka bukan pekerjaan yang real,” sebutnya.

Penabrakan Ojol oleh Rantis Masuk Pidana Pembunuhan

Tragedi meninggalnya pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, setelah terlindas kendaraan taktis (rantis) Barakuda saat demonstrasi, memantik sorotan tajam dari kalangan akademisi.

BACA JUGA : Aksi Unjuk Rasa di Yogyakarta, Polda DIY Pulangkan 59 Demonstran dari 60 Orang yang Diamankan

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: