SLEMAN, diswayjogja.id - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menekankan Indonesia membutuhkan reformasi struktural besar-besaran untuk mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi 7–8 persen.
Airlangga menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tujuh tahun terakhir berada di kisaran 5 persen. Namun, jika pemerintah tetap menggunakan pendekatan “business as usual”, maka tingkat pertumbuhan tersebut tidak akan mampu mengejar kemajuan yang dicapai negara seperti Jepang dan Korea Selatan.
“Kalau investasi kita 30 persen dengan ICOR 6, tetap hasilnya 5 persen. Tapi kalau ICOR bisa kita turunkan ke 4, maka 30 dibagi 4 itu 7 persen. Ini sederhana saja menghitungnya,” ujarnya saat memberikan kuliah umum di Smart Green Learning Center (SGLC) Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (19/11/2025).
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah disebut tengah menyusun ulang peta kebijakan nasional, termasuk perbaikan regulasi dan konsolidasi di berbagai sektor.
BACA JUGA : Menko AHY: Satgas Pesantren Siap Kawal Standar Konstruksi di Lembaga Keagamaan
BACA JUGA : Menko AHY Minta Evaluasi Total Standar Bangunan Usai Musala Pesantren Runtuh di Sidoarjo
Presiden, kata Airlangga, meminta seluruh kementerian duduk bersama dan melihat persoalan dari akar permasalahan.
Selain reformasi kebijakan, pemerintah juga mempertebal perlindungan kelompok rentan melalui bantuan sosial, memperkuat kelas menengah, dan memastikan program-program pengentasan kemiskinan berjalan efektif.
Dia mencontohkan keberhasilan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah menjangkau lebih dari 30 juta penerima dalam 11 bulan.
“Brazil butuh 5–6 tahun untuk menjangkau 35 juta orang. Kita mampu memberi makan 7 ‘kali’ Singapura dalam 11 bulan. Ini hal yang membuat negara lain terkejut,” katanya.
BACA JUGA : Pariwisata DIY Sumbang 34 Persen Ekonomi Daerah, Sri Sultan Dorong Berbasis Budaya dan Teknologi
BACA JUGA : Pertumbuhan Ekonomi 2025, HIMBARSI DIY Dorong Investasi dan Digitalisasi Perbankan Syariah
Airlangga menekankan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin dan talenta unggul yang mampu mengambil keputusan cepat dalam situasi ekonomi yang terus bergerak.
“Ekonomi itu moving target. Kita perlu driver cepat,” tuturnya.
Dia menyebut bahwa Indonesia harus bergeser dari ketergantungan pada sumber daya alam menuju penguatan sumber daya manusia. Kampus seperti UGM diminta mempercepat produksi lulusan di bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM).