YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta mencatat kasus influenza dalam sepekan terakhir menunjukkan tren fluktuatif, sementara kasus leptospirosis tercatat mencapai 26 kasus hingga akhir Oktober 2025.
Ketua Tim Kerja Surveilans Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Sholikhin Dwi Ramtana, menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pemantauan pada 22 Oktober hingga 4 November, kasus influenza berada di kisaran 381 hingga 400 kasus.
“Temuan influenza di Kota Jogja fluktuatif. Dari surveilans di puskesmas, jenis influenza yang paling banyak ditemukan kini bergeser dari tipe B Victoria ke tipe A,” ujar Sholikhin di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Selasa (4/11/2025).
Dia menambahkan, dari hasil pemantauan, ada 12 kasus influenza tipe A dan 16 kasus tipe B Victoria di beberapa puskesmas. Meski demikian, Sholikhin menegaskan masyarakat tidak perlu panik, namun tetap menjaga kewaspadaan dengan menerapkan perilaku pencegahan yang sama seperti saat pandemi Covid-19.
BACA JUGA : Dinkes Yogyakarta 249 Kasus DBD Dalam 10 Bulan, Ajak Warga Terapkan PHBS
BACA JUGA : 7 Orang Meninggal Akibat Leptospirosis, Hasto Siagakan Kedaruratan dalam Pelayanan Kota Yogyakarta
“Kalau di keluarga ada yang flu, sebaiknya gunakan masker, cuci tangan, dan hindari interaksi langsung agar tidak menular,” terangnya.
Kasus Leptospirosis Capai 26, Dinkes Gencarkan Edukasi ke Masyarakat
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta, dr. Endang Sri Rahayu, mengungkapkan bahwa hingga akhir Oktober 2025, terdapat 26 kasus leptospirosis, dengan satu kasus kematian yang terjadi pada Oktober lalu di wilayah Bumijo.
“Pasien meninggal dalam kondisi klinis sudah lanjut. Kalau bisa teridentifikasi sejak awal di faskes, mestinya bisa dicegah. Karena ketika sudah komplikasi ke ginjal, penanganannya lebih berat,” ujar Endang.
Menurutnya, peningkatan risiko leptospirosis erat kaitannya dengan curah hujan tinggi dan kebersihan lingkungan. Untuk itu, Dinkes telah mengeluarkan surat edaran kewaspadaan kepada masyarakat serta menggandeng berbagai organisasi perangkat daerah (OPD) seperti DLH, DPP, dan Dinas Pertanian untuk pengelolaan sampah dan pengendalian tikus.
BACA JUGA : Leptospirosis Meningkat di Sleman, Tercatat 82 Kasus 9 Dinyatakan Meninggal
BACA JUGA : Musim Hujan Mulai Intens, BPBD Yogyakarta Minta Warga Waspadai Banjir dan Pohon Tumbang
“Kami mengimbau masyarakat agar menggunakan alat pelindung diri (APD) saat beraktivitas di area berisiko, menutup luka sebelum bekerja, serta mencuci tangan dan kaki dengan sabun setelah beraktivitas,” imbuhnya.
Selain itu, Endang menegaskan pentingnya mengenali gejala awal leptospirosis, seperti demam, nyeri otot terutama di betis, dan mata menguning. Ia mengingatkan agar warga segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala tersebut.
“Kalau ditangani sejak dini, prognosis atau kemungkinan sembuhnya besar. Tapi kalau terlambat, bisa berakibat fatal,” tegasnya.