Leptospirosis Meningkat di Sleman, Tercatat 82 Kasus 9 Dinyatakan Meninggal

Leptospirosis Meningkat di Sleman, Tercatat 82 Kasus 9 Dinyatakan Meninggal

Tempat sampah di halaman rumah warga Sleman, Rabu (29/10/2025), menjadi sorotan kebersihan untuk mencegah penyebaran leptospirosis dari populasi tikus.--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id

SLEMAN, diswayjogja.id -  Kasus leptospirosis di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan signifikan tahun ini. 

Data Dinas Kesehatan mencatat 82 kasus, dengan 9 orang meninggal dunia. Penyakit ini dianggap lebih berat dibanding demam berdarah karena intervensi pengobatannya yang lebih sulit.

“Lebih berat pada leptospirosis dibanding demam berdarah, karena intervensinya pun amat sulit,” kata dr. Cahya Purnama, Kepala Dinas Kesehatan Sleman, saat jumpa pers, Rabu (29/10/2025).

Salah satu faktor penyebab leptospirosis adalah populasi tikus yang tinggi. Pengendalian hama menjadi langkah utama untuk menekan penyebaran penyakit ini. 

“Untuk tikus, kita harus melakukan pengendalian hama secara serentak, sesuai dengan arahan Dinas Pertanian,” ujarnya. 

Di beberapa wilayah, seperti Minggir, pengendalian tikus dilakukan dengan metode unik, misalnya menggunakan penembak-penembak jitu untuk menembaki tikus di sawah. 

BACA JUGA : 7 Orang Meninggal Akibat Leptospirosis, Hasto Siagakan Kedaruratan dalam Pelayanan Kota Yogyakarta

BACA JUGA : WALHI Soroti Proyek Pengolahan Sampah Energi Listrik di DIY, Sebut Berisiko Gagal

Meski sawah tidak rusak, risiko leptospirosis tetap ada jika pengendalian tikus tidak dilakukan secara simultan.

“Kita harus terus bergerak supaya penyakit ini tidak menjadi endemis di Sleman. Penanggulangan tikus harus dilakukan secara serentak,” jelasnya. 

Kasus leptospirosis di Kabupaten Sleman kini tak lagi terbatas di sawah. Populasi tikus yang menjadi vektor penyakit mulai menyebar ke area publik, termasuk food court dan tempat mebeler, sehingga risiko penularan meningkat.

“Lingkungan juga harus dibersihkan. Selama masih ada sampah-sampah seperti ini, populasi tikus akan terus meningkat,” ucapnya. 

Menurutnya, beberapa kasus leptospirosis di Ngeplak justru terjadi di lokasi bukan sawah. 

“Di sana kasus tidak di area sawah, tapi di tempat mebeler. Ada orang yang merokok, meletakkan rokok di meja yang mungkin terkena urine tikus, kemudian tikus masuk dari situ,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait