diswayjogja.com - Di Yogyakarta ada sebuah kampung pecinan yang punya sejarah panjang, namanya yaitu Kampung Ketandan.
Kampung Ketandan ini sudah ada lebih dari dua abad dan sukses menjadi salah satu bukti keragaman budaya antara China dan Jawa.
Berada dekat di kawasan Malioboro, kampung ini juga dikenal sebagai destinasi wisata dan pusat perekonomian di Jogja.
Yuk telusuri lebih dalam mengenai sejarah dan fakta menarik tentang Kampung Ketandan Jogja di bawah ini.
BACA JUGA : Pasar Legi Kotagede: Pasar Tradisional Tertua Yogyakarta dan Ramai dengan Dagangan Beragam
BACA JUGA : Jajanan Kipo Khas Kotagede Yogyakarta, Kuliner yang Mulai Jarang Ditemukan
1. Asal Nama Ketandan
Nama ‘Ketandan’ mempunyai asal muasal yang menarik karena berhubungan dengan peran pemungut pajak masyarakat Tionghoa untuk Keraton Yogyakarta.
Ketandan berasal dari kata ‘Tondo’ yang menjadi ungkapan untuk pejabat penarik pajak atau pejabat tondo yang diberi wewenang langsung pada etnis Tionghoa oleh Sultan Hamengkubuwono.
Hal ini menandakan keberadaan komunitas Tionghoa sebagai salah satu penggerak ekonomi di Yogyakarta dan mulai diakui sejak masa pemerintahan Sultan HB VII, yakni sekitar abad 19 Masehi.
2. Peran Kapitan Tan Jin Sing
Kampung ini tak bisa dipisahkan dengan sosok Tan Jin Sing, seorang Kapiten Tionghoa kelahiran Kedu yang menjadi pelopor tokoh komunitas Tionghoa di Kampung Ketandan.
BACA JUGA : Kejar Target, Pemkot Yogyakarta Beri Strategi Penyelesaian Proyek Akhir Tahun
BACA JUGA : Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Perguruan Tinggi Berbasis Islam yang Punya Banyak Jurusan Menarik
Tan Jin Sing menetap di Jogja pada tahun 1803-1813 dan merupakan Bupati Nayoko 1 keturunan Tionghoa pada 18 September 1813.