Ruang Melamun Bisa Dijadikan Rekomendasi Toko Buku Lawas di Kota Jogja

Selasa 29-10-2024,12:20 WIB
Reporter : Yuni Khaerunisa
Editor : Syamsul Falaq

Lingkungan Bagas sendiri sebelumnya bukan para penggemar buku. Adapun salah satu buku yang membuka jalan baru ini adalah karya-karya dari Pramoedya Ananta Toer.

Dengan hobi barunya, dapat membawa bagas berkenalan dengan buku lawas. “Nemu [buku Pramoedya] di pasar pagi-pagi, pasar yang menggunakan hari-hari Jawa kaya paing dan lainnya,” kata laki-laki berusia 30 tahun ini.

“Awal baca buku buat hiburan, yang beda dengan jurusan kuliah. Suka baca buku sejarah, waktu itu dapet buku Pramoedya, baca itu kok bagus.”

Kebiasaan Bagas membeli buki lawas semakin rutin, bahkan sebagian besar uang sakunya untuk membeli buku.

Sampai pada suatu waktu, dia membutuhkan uang. Bagas kemudian menjual sebagian bukunya yang penjualan awalnya pada teman kuliah atau teman ngopi.

Bagas belum terpikirkan untuk membuat usaha penjualan buku, semuanya masih untuk senang-senang. Sampai 2014, Bagas memutuskan untuk serius berdagang atau mejual buku secara online.

BACA JUGA : FKY 2024 Perkuat Identitas Yogyakarta Sebagai Pusat Kebudayaan Yang Inklusif

BACA JUGA : YRO Meriahkan The Asset Manager 2024 Dengan Perpaduan Budaya Dan Inovasi

Melamun dan Berbagi Cerita

Dengan segala dinamikanya, penjualan buku lawas yang dimiliki Bagas cukup menguntungkan. Hingga saat pandemi Covid-19, dia tidak punya banyak kegiatan.

Bagas kemudian membuka toko buku offline yang diberi nama Ruang Melamun. Penjualan utamanya masih secara online. Ruang Melamun offline lebih banyak dijadikan ruang bercerita dan bersosialisasi.

“Niat awal cari temen lebih, kalau di online interaksi terbatas. Pengen nambah temen, buku cuma wujudnya aja,” katanya.

Pengunjung bisa mendapatkan buku terbitan mulai tahun 1800-an di toko buku Ruang Melamun ini.

Ada beberapa buku yang berbahasa Belanda, baik yang ceritanya tentang Indonesia ataupun luar negeri. Terdapat juga koleksi majalah, poster hingga kaset musik. Harga di sini mulai dari Rp 10 ribuan sampai Rp 3 juta.

Pada dasarnya, Bagas membeli buku lawas berlandaskan isi atau tema pada tulisannya. Kondisi buku juga menjadi pertimbangan untuk menentukan harga.

Pada dasarnya hakikat buku adalah untuk dibaca. Meski terdapat kondisi tertentu yang membuat buku rusak dan susah dibaca sekalipun akan tetap dia beli, untuk kemudian dijual kembali.

Kategori :