Olahan makanan yang biasanya disajikan untuk Sri Sultan yang satu ini terbuat dari daging burung dara muda atau disebut piyik.
Untuk membuatnya, isi perut piyik dikeluarkan, dicincang bersama aneka bumbu, diberi santan kental, lalu dimasukkan kembali ke dalam perut dan dijahit rapi, i nilah yang disebut glendhoh.
Selanjutnya daging dikukus dengan daun upik sampai matang, dibakar, lalu diguyur dengan kuah santal kental, baru disajikan di atas piring ceper.
BACA JUGA : Bir Jawa Khas Keraton Yogyakarta, Jadi Salah Satu Kunci Daya Tahan Tubuh Menghadapi Perubahan Cuaca
BACA JUGA : Taman Sari Jogja Tidak Hanya Destinasi Wisata, Pesanggarahan Keraton Punya Banyak Fungsi
3. Lidah asap
Kemudian adalah hidangan lidah asap, dimana olahan makanan ini sangat mudah untuk ditemukan di restoran Jawa.
Kuliner u tuk menu makan siang yang satu ini menjadi makanan salah satu makanan kesukaan dari Sri Sultan Hamengku Buwana VIII.
Olaha makanan ini terbuat dari lidah sapi yang direbus, lalu dipotong berukuran besar-besar, lalu dijepit seperti membuat jadah manten.
Baru setelahnya, lidah tersebut dilumuri dengan mentega dan dibakar sampai matang, kemudian disajikan pada piring panjang.
BACA JUGA : Menelusuri Bangunan Siti Hinggil, Singgasana Sang Sultan di Keraton Yogyakarta
BACA JUGA : Kampung Prawirotaman di Jogja: Sejarah Panjang dari Tahun 1756 hingga Menjadi Sentra Penginapan Turis
4. Swar-Swir
Jika lidah asap menjadi makanan kesukaan dari Sri Sultan Hamengku Buwana VIII, maka berbeda dengan S ri Sultan Hamengku Buwana IX.
Sri Sultan yang ke-9 ini lebih menyukai olahan makanan yang bernama swar-swir yang terbuah dari bahan daging bebek yang dibuat bistik atau disemur dan dimasak di Pawon Prabeya
Pada saat itu, yang bertugas memasak adalah kepala Pawon Prabeya, yakni Mr. Smith atau R. Wedono Hendro Bujono, yaang memiliki keahlian memasak menu makanan ala Eropa.