Upacara Tradisi Numplak Wajik, Prosesi Awal Keraton Yogyakarta Sambut Grebeg

Upacara Tradisi Numplak Wajik, Prosesi Awal Keraton Yogyakarta Sambut Grebeg

Abdi dalem Keraton Yogyakarta melilitkan sinjang (kain panjang pada rangka gunungan, kemudian diikuti lilitan semekan (kain penutup dada perempuan) bangun tulak, dalam prosesi upacara Numplak Wajik di Magangan Keraton Yogyakarta, Jumat (28/3/2025) sore. --Foto: Anam AK/diswayjogja.id

YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Keraton Yogyakarta menggelar upacara tradisi Numplak Wajik, sebagai awal prosesi pembuatan Gunungan Grebeg Syawal, untuk memperingati Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah.

Upacara Numplak Wajik ini digelar untuk memohonkan keselamatan dan kedamaian agar acara Grebeg Syawal berjalan dengan baik.

Numplak Wajik disebut sebagai upacara yang menandai dimulainya proses merangkai sebuah gunungan, sebagai simbol sedekah raja kepada rakyat, dan nantinya gunungan tersebut akan diarak dan diperebutkan warga pada upacara Grebeg Syawal yang rencananya akan digelar pada Senin (31/3/2025) pagi.

Dalam setahun, Keraton Yogakarta menggelar upacara Grebeg, yakni Grebeg Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad, Grebeg Syawal yang dilakukan hari pertama lebaran Idulfitri, dan Grebeg Besar untuk memperingati hari raya Idul Adha. 

BACA JUGA : Hajad Dalem Grebeg Besar Perayaan Idul Adha, Warga Berebut Ubarampe Gunungan Kakung

BACA JUGA : Peringati Idul Adha, Pemda DIY Terima 50 Ubarampe Pareden Gunungan Grebeg Besar

Upacara tradisi Numplak Wajik ini digelar di Magangan Keraton Yogyakarta pada Jumat (28/3/2025) sore, atau biasa digelar tiga hari sebelum Grebeg berlangsung.

Sejumlah warga dan wisatawan menyaksikan jalannya prosesi upacara Numplak Wajik, yang diawali saat putri sulung Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, keluar dari Kompleks Keraton Yogyakarta bersama sejumlah abdi dalem menuju Kompleks Magangan.

Usai melakukan doa bersama, wajik yang terbuat dari beras ketan kemudian ditumpahkan ke sebuah rangkaian gunungan. Sementara para abdi dalem yang lainnya membunyikan gejog lesung, sebagai simbol untuk mengusir hal-hal yang buruk.

Usai prosesi selesai, sejumlah abdi dalem kemudian mengoleskan dlingo bengle, yaitu berupa parutan empon berwarna kuning. Warga yang menyaksikan prosesi tersebut, banyak yang meminta untuk dioleskan ke sejumlah bagian tubuhnya, sebagai wujud syukur. 

BACA JUGA : Awali Pembuatan Gunungan Grebeg Besar, Keraton Yogyakarta Gelar Prosesi Numplak Wajik

BACA JUGA : Grebeg Syawal Masih Dinanti Warga DIY, Tak Lagi Berebut tapi Kembali Ke Tradisi Awal

Meskipun turun hujan, upacara berlangsung khidmat sekitar setengah jam. Proses menyelesaikan rangkaian gunungan dilanjutkan hingga menjelang upacara Grebeg. Senin dini hari sebelum upacara Grebeg berlangsung, gunungan telah siap diangkut menuju Tratag Bangsal Pancaniti untuk nantinya dibawa keluar keraton dan dibagikan atau diperebutkan rakyat.

GKR Mangkubumi menjelaskan tradisi Numplak Wajik tersebut untuk persiapan tradisi gunungan Grebeg Syawal. Disebutkan inti dari upacara tersebut memohon keselamatan dan kelancaran pada saat upacara Grebeg Syawal, yang akan digelar setelah sholat Idulfitri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: