Penutupan Plengkung Nirbaya, Dishub DIY Lakukan Penyesuaian Lalu Lintas di Tiga Titik

Plengkung Nirbaya atau biasa disebut Plengkung Gading resmi ditutup total mulai Sabtu (15/3/2025) pukul 07.00 WIB, hal itu berdasarkan evaluasi untuk menyelamatkan cagar budaya dan pengendara yang melintas.--Dok. Pemda DIY
“Keputusan penutupan Plengkung Nirbaya bukanlah penilaian cepat sesaat. Pengamatan sudah dilakukan lebih dari 10 tahun. Kerentanan itu tidak berkurang, malah bertambah,” ungkap Dian.
Hasil evaluasi uji coba rekayasa lalu lintas Sistem Satu Arah yang telah dilakukan, makin menguatkan bahwa perlu adanya tindakan lanjutan. Dian menyebut, pihaknya kesulitan untuk melakukan mitigasi dan recovery menyeluruh, selama ada aktivitas di area Plengkung Nirbaya.
BACA JUGA : Plengkung Gading Kraton Yogyakarta Bakal Ditata Ulang karena Terjadi Deformasi
BACA JUGA : Rencana Penutupan Plengkung Gading Kraton Yogyakarta, Pedagang Alun-alun Kidul Minta Tetap Berjualan
“Karena inilah, kita harus ada kebijakan ekstrem, harus ditutup total untuk kepentingan mitigasi dan recovery. Selama proses itu, tidak boleh ada aktivitas. Artinya kita tutup tidak hanya dengan water barrier, tapi tutup total sesuai standar pembangunan K3. Tidak boleh dimasuki siapapun kecuali pekerja," jelasnya.
Penutupan diperlukan untuk memberikan ruang dan waktu bagi tim untuk melakukan pemetaan kondisi dan potensi kerusakan Plengkung Nirbaya. Penutupan ini bukanlah langkah yang diambil tanpa pertimbangan, melainkan sebagai upaya untuk melindungi warisan budaya yang telah ada selama berabad-abad.
"Kami butuh waktu untuk total dicek, tidak separuh-separuh. Jika ini masih jalan terus, kami tidak bisa mendapatkan data potensi dampak," jelasnya.
Plengkung Nirbaya merupakan satu-satunya plengkung dengan dimensi paling besar dan struktur ruang paling kompleks. Aktivitas di area tersebut juga sangat tinggi, yang berkontribusi pada penurunan kondisi bangunan. Upaya perbaikan yang dilakukan selama ini hanya bersifat parsial, dan tidak memberikan dampak yang signifikan.
BACA JUGA : Rawat Bumi, Kraton Yogyakarta dan Pemuda Lintas Agama Tanam Pohon Langka di Lereng Gunung Merapi
Tingginya aktivitas di area ini tentu mengancam keberlangsungan cagar budaya yang sangat berharga ini. Dahulu, masyarakat bahkan bisa naik ke atas Plengkung Nirbaya, beraktivitas di atasnya, dan bahkan melakukan tindakan yang amoral. Hal ini selain memberikan kerentanan terhadap bangunan, juga menodai nilai luhur bangunan bersejarah ini.
Hasil dari mitigasi dan recovery akan dievaluasi secara berkala setiap tahapnya. Ia menekankan pentingnya mitigasi dan pengawasan terhadap aktivitas di sekitar Plengkung untuk memastikan keselamatan struktur bangunan.
Menanggapi kritikan dari masyarakat yang merasa terbatasi oleh penutupan ini, Dian mengingatkan akan pentingnya menjaga warisan budaya. Ia berharap masyarakat dapat berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya yang ada. Selain itu, ia juga berharap masyarakat dapat memahami bahwa penutupan ini adalah langkah penting untuk menjaga identitas dan warisan budaya Yogyakarta.
"Kita perlu merendahkan ego demi menghargai warisan. Jika simbolnya hilang, akan semakin parah. Betul bahwa ada yang jalannya harus memutar. Tapi kan bukan tanpa solusi. Ayo sama-sama kita tumbuhkan rasa memiliki. Ketika penanda utama ini mengalami kerusakan, kita harus rela memberikan waktu untuk pemulihan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: