Kraton Ngayogyakarta Gelar Labuhan Parangkusumo, Wujud Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa
![Kraton Ngayogyakarta Gelar Labuhan Parangkusumo, Wujud Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa](https://jogja.disway.id/upload/8ef9fd127c92ce0abd4cffba09c8fbf3.jpg)
Labuhan Parangkusumo kembali digelar di Pantai Parangkusumo sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa-harianjogja.com-
JOGJA, diswayjogja.id - Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Labuhan Parangkusumo sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Labuhan tersebut diselenggarakan secara rutin setiap tahunnya. Carik Kawedanan Parentah Hageng, KRT Wijoyo Pamungkas menyampaikan Labuhan Parangkusumo tersebut merupakan wujud ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan melarungkan beberapa uba rampe ke laut.
“Hajat dalem ini merupakan bentuk keikhlasan seorang raja terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan membuang [uba rampe] di tempat yang telah ditentukan,” ujarnya di Pantai Parangkusumo, Kamis (31/1/2025).
Dia menuturkan upa rampe yang dilarung yaitu pengajeng, pendherek, lorodan agem dalem, dan beberapa uba rampe lainnya.
BACA JUGA : Majukan Sektor Perikanan Gunungkidul Yogyakarta, Pelabuhan Gesing Beri Harapan Baru
BACA JUGA : Industri Ekstraktif Berpotensi Hilangkan Pengetahuan Lokal, Hilmar Farid: Kekayaan Budaya Jadi Kekuatan
Selain di Parangkusumo, Kraton Jogja juga melabuh uba rampe di Gunung Merapi dan Gunung Lawu. Ketiga lokasi tersebut dipilih sebagai tempat labuhan lantaran memiliki nilai sejarahnya masing-masing.
Dia menuturkan Pantai Parangkusumo dipilih sebagai salah satu lokasi pelarungan lantaran di lokasi tersebut, dulu Penembahan Senopati bertemu dengan Kanjeng Ratu Kidul.
Dalam pertemuan tersebut, Kanjeng Ratu Kidul berjanji akan membantu Panembahan Senopati dan keturannya. Kemudian, setelah itu, Panembahan Senopati pun berhasil mendirikan Kerajaan Mataram.
“Saat itu Panembahan Senopati juga membuat Kota Gede yang dulunya masih alas [hutan], kalau tidak dibantu Kanjeng Ratu Kidul niscaya tidak akan berubah [berdiri Kita Gede],” katanya.
BACA JUGA : Merawat Budaya Nusantara Lewat Seni Bela Diri di Yogyakarta
BACA JUGA : Belajar Banyak Budaya Baru, Mahasiswa UIC College Lakukan Kunjungan ke Keraton Yogyakarta
Dia mendorong agar generasi muda dapat meneladan nilai-nilai yang ada dalam upacara labuhan tersebut, bukan hanya melihat labuhan sebagai upacara adat rutin semata.
“Itu [labuhan] merupakan budaya yang harus kita syukuri, anak budaya harus tahu [labuhan], bukan hanya membuang opo, tetapi ambillah makna dalam labuhan itu sendiri,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harianjogja.com