Hadapi Wabah Penyakit Mulut dan Kuku, Fakultan Peternakan UGM Bentuk Satgas Khusus
Fakultas Peternakan UGM bentuk satgas khusus penanganan PMK-Foto by Media Indonesia-
Bersamaan dengan kegiatan tersebut, petugas kesehatan hewan juga memberikan penyuluhan kepada peternak bagaimana mencegah terjadinya PMK.
Menurut dia, sosialisasi tentang penyakit ternak termasuk PMK dan cara-cara pencegahannya terus dilakukan dan selalu diingatkan agar ternak selalu dalam kondisi sehat.
Turun Survei ke Gunungkidul
Budi menambahkan, Satgas Penanggulangan PMK ini memiliki tugas antara lain memastikan pencegahan dan penanganan PMK bisa dilakukan lebih cepat dan sistematis.
Pada satu sisi, lanjut Budi, perwakilan tim dosen Fapet UGM juga sudah melakukan survei permulaan ke lokasi ternak yang terkena PMK di Gunung Kidul. "Sudah melakukan survei awal ke lokasi ternak yang terkena PMK," imbuh Budi.
Permintaan Vaksin ke Pemerintah Pusat
Sementara mulai merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau Mouth and Foot Disease, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Bantul mengajukan permintaan vaksin untuk PMK ke pemerintah pusat.
"Kami sudah mengajukan permintaan vaksin ke pusat. Nanti akan mendapat berapa dosis kami masih belum tahu. Kapan akan dikirim ke Bantul, kami juga belum tahu. Namun kami sudah mengajukan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Bantul, Joko Waluyo, Minggu.
Dikatakan, vaksin ini nantinya akan disuntikkan untuk mencegah penularan PMK. Di Bantul sendiri, sepanjang Januari ini sudah ada 11 ekor sapi yang bergejala PMK.
BACA JUGA : Upaya Cegah Penyebaran Lebih Luas, DPKP DIY Maksimalkan Vaksinasi PMK
BACA JUGA : RSUD Brebes Layani Pemeriksaan Kesehatan 156 Calon Jamaah Haji Sebelum Berangkat ke Tanah Suci
Sebelumnya, asosiasi pedagang ternak telah mendapatkan dropping vaksin meski hanya 250 dosis dan sudah digunakan pada akhir Desember 2024 lalu.
Menurut Joko, populasi ternak di Bantul tercatat lebih dari 70 ribu ekor sehingga dengan vaksin sebanyak 250 dosis dirasa masih sangat kurang.
Kasus Sapi Mati di Gunungkidul
"Kasus 824 ekor sapi (terpapar), yang mati 21. (Data) Per tanggal 1 Januari," kata Kepala DPKP DIY Syam Arjayanti dikonfirmasi wartawan, Sabtu (4/1).
Data ini diperoleh dari Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS). Dari jumlah tersebut, Syam mengatakan terbanyak ada di Kabupaten Gunungkidul.
"Gunungkidul (terbanyak) 415 (ekor)," katanya.
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menangani penyakit ini. Vaksinasi juga telah menyasar ke 1.250 ekor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: jogja.idntimes.com