Bertahun Membangunkan Ratusan Hektar Lahan Tidur di Gunungkidul, Begini Kisah Suswaningsih
Kisah Suswaningsih, bertahun membangunkan ratusan hektar lahan tidur di Gunungkidul-jogjapolitan.harianjogja.com-
BACA JUGA : Monyet Ekor Panjang Serang Lahan Pertanian di Bantul, DKPP Belum Temukan Solusi
BACA JUGA : Polda DIY Produktifkan Lahan dengan Kadar Keasaman Tinggi di Galur untuk Dukung Ketahanan Pangan
Setelah lebih banyak memanfaatkan lahan perbukitan, hasil pertanian cenderung meningkat. Dahulu warga hanya menyimpan dan memanfaatkan sendiri hasil panen. Kini sudah ada kelebihan hasil panen yang bisa mereka jual.
“Lahan di Kalurahan Melikan dulu itu hanya lima hektar yang dimanfaatkan. Sekarang kalau melihat satu kapanewon sudah ada 200 hektar yang bisa dimanfaatkan dari sebelumnya lahan kurang produktif,” kata Suswaningsih.
Kini, Suswaningsih mendampingi kelompok tani di Kalurahan Melikan. Ada delapan kelompok wanita tani (KWT) dan 12 kelompok tani (Poktan). Sumbangsih ini mengantarkan Suwaningsih meraih Kalpataru Pengabdi Lingkungan pada 2021.
Mengikuti Alur Hujan
Pemanfaatan lahan banyak di kawasan perbukitan. Sistem yang cocok untuk para petani berupa tumpang sari. Jenis tanaman juga perlu sesuai dengan musimnya. Misalnya pada musim hujan I (MH I), dalam rentang Oktober hingga Desember, petani akan menanam padi, jagung, dan ubi kayu.
BACA JUGA : Masuk Pemukiman, Warga Gusar; Monyet Ekor Panjang Serang Lahan Pertanian di Wilayah Imogiri hingga Mangunan
BACA JUGA : Program Pipanisasi Kasad di Bantarkawung Capai 77 Persen, Aliri Lahan Sawah Seluas 52 Hektare
Panen pertama dilakukan untuk jagung dan padi. MH II masuk dalam rentang Januari hingga Maret. Pada masa itu, petani akan menanam kacang apabila masih ada hujan. Ubi kayu yang telah ditanam pada MH I akan segera dipanen.
Itu fase normal, saat musim hujan masih terprediksi. Pola ini sempat berantakan saat musim kemarau berlangsung lebih panjang pada 2023. Hujan yang baru turun Desember membuat jadwal menanam mundur dari yang seharusnya. Tidak ada air yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian.
Suswaningsih mengatakan tidak ada sumur bor di banyak daerah di Rongkop. Pengeboran sempat dicoba di Kalurahan Melikan, dengan kedalaman 100 meter. Sayangnya bukan air yang muncul, namun hanya bebatuan. “Selama ini ada delapan kalurahan yang daerahnya tidka dapat ditembus untuk sumur bor,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harianjogja.com