Pawai Ogoh-Ogoh Semarakkan Malam Akhir Pekan di Malioboro

 Pawai Ogoh-Ogoh Semarakkan Malam Akhir Pekan di Malioboro

Sejumlah ogoh-ogoh dikirab di sepanjang Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Sabtu (12/4/2025) malam, yang digelar oleh Parisadha Hindu Dharma Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PHDI DIY) berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. --Foto: Anam AK/diswayjogja.id

YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Sejumlah Ogoh-Ogoh diarak menyusuri Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, pada Sabtu (12/4/292) malam, yang digelar oleh Parisadha Hindu Dharma Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PHDI DIY) berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.

Karakter Ogoh-ogoh itu dikirab sepanjang jalan Malioboro sejauh tiga kilometer, dimulai dari halaman DPRD DIY dan berakhir di halaman Taman Pintar Yogyakarta.

Koordinator Pawai Ogoh-ogoh, I Dewa Gede Gilang Pratiwimba, menjelaskan ogoh-ogoh merupakan budaya baru di Yogyakarta sebagai salah satu daya tarik wisata di kota ini.

"Momentum yang luar biasa, karena kita menyadari sebagai pelaku budaya, kita butuh ruang terlebih ogoh-ogoh menjadi daya tarik wisata," ungkapnya. 

BACA JUGA : Sendratari Cethik Geni, Ramaikan Kirab Budaya Bakda Kupat Kampung Pandeyan

BACA JUGA : Pemkot Yogyakarta Gelar Festival di Malioboro dan Alun-Alun Kidul di Akhir Pekan

Made menyebutkan, Yogyakarta sebagai kota yang menjunjung pluralisme, pawai ogoh-ogoh ini menjadi sarana yang bisa memperkenalkan seni budaya yang berkembang dan identik dengan Yogyakarta.

Sejumlah ogoh-ogoh yang diarak sepanjang Jalan Malioboro tersebut dirancang dan dibuat oleh komunitas PHDI DIY, diantaranya Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) Sanata Dharma, KMHD UNY, komunitas Pura Gunungkidul, serta komunitas Pura Jagatnatha.

Masing-masing ogoh yang ditampilkan juga memiliki makna dan filosofi tersendiri, diantaranya Catur Netra sebagai ogoh-ogoh yang hadir sebagai simbol kerakusan atau keserakahan yang meguasai jiwa manusia.

"Ogoh-ogoh ini menggambarkan sosok wanita tua dengan empat mata yang melotot tajam, seolah-olah ingin menguasai dunia tanpa batas. Melalui Catur Netra, masyarakat diingatkan untuk menghindari sifat tamak yang tidak pernah puas akan materi dan kekuasaan," jelas Made. 

BACA JUGA : Amazing!! Sebanyak 1,4 Juta Wisatawan Berlibur di DIY Selama Libur Lebaran 2025

BACA JUGA : Selama Libur Lebaran 2025, Taman Pintar Kota Yogyakarta Dikunjungi 23 Ribu Wisatawan

Kedua, Ogoh-ogoh Subali, yang merupakan sahabat dari Rahwana, dikenal sebagai raja yang tangguh, kekuatan fisik yang dimilikinya menjadi ciri khas menonjol.

"Kisah Subali mengajarkan kita untuk rendah hati, menjaga hubungan keluarga, dan menghargai nilai-nilai kejujuran dan persaudaraan, karena tanpa itu, kekuatan atau kekuasaan apapun akan sia-sia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: