Ki Haryo Enthus Susmono Berbagi Kiat Melanggengkan Seni Wayang di Yogyakarta
Ki Haryo Enthus Susmono saat membeirkan materi dalam Seminar Intangible Culture Heritage di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Kamis, 28 November 2024.-M. Fatkhurohman/diswayjogja-
diswayjogja.id – Balai Pelestari Kebudayaan wilayah X Kemnterian Kebudayaan di Yogyakarta mengadakan Seminar Intangible Culture Heritage di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Kamis, 28 November 2024. Dalam seminar tersebut mengahadirkan dalang dari Tegal Ki Haryo Enthus Susmono.
Dalam seminar tersebut, Ki Haryo Enthus Susmono mengulas tentang cara melanggengkan seni wayang menghadapi perkembangan di era kekinian.
Putra almarhum dalang Ki Enthus Susmono, mantan Bupati Tegal ini mengungkapkan dua jalur seni wayang agar tetap inovatif, yakni kontemporer dan pakem. Menurut Ki Haryo, kontemproer dan pakem harus berjalan beriringan. Sebab, kalau hanya pakem saja realitasnya hanya ditonton generasi tua. Namun, dengan inovasi kontemporer seni wayang bisa disukai lintas generasi sampai anak-anak.
BACA JUGA:Rembug Perempuan Jogja: Membuka Perspektif Ekonomi dan Peluang Pengembangan Ekonomi Perempuan
”Dua-duanya ini seperti rel kereta. Pendekatan kontemporer menjadi pintu pertama generasi muda menjadi suka wayang,” kata Ki Haryo.
Inovasi berkelanjutan
Ki Haryo yang juga Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Tegal ini mencontohkan seni wayang kontemporer dengan menampilkan tokoh yang banyak dikenal masyarakat. Misalnya tokoh presiden, pemain bola, atau yang lain yang dikenal. Selain itu, ada pula menyisihkan cerita yang trending di masyatakat.
”Abah Enthus itu sampai membuat sosok wayang mantan Presiden Jokowi yang kemarin saya berikan kepada beliau sebagai tokoh negarawan,” ujar Ki Haryo.
Ki Haryo menjelaskan cara lain membuat inovasi yang berkelanjutan dengan gagrak wayang daerah. ”Jadi gagrak wayang itu tidak hanya Jogja dan Solo tetapi juga ada Banyumasan, Tegalan bahkan Cirebonan dan Dermayon,” jelasnya.
Dengan inovasi yang berkelanjutan, lanjut Ki Haryo, akan terwujud sebuah ekosistem wayang yang baik. Kemudian mempu mendongkrak pemberdayaan masyarakat berbasis pemajuan kebudayaan.
BACA JUGA:Tingkatkan Ekosistem Sastra, Pemkot Jogja dan Dinas Kebudayaan Gelar FSY 2024
”Dalang harus banyak ilmu, marketing dalang itu tidak hanya di panggung tapi juga di luar panggung, terutama dekat dengan masyarakat,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Ki Haryo yang didampingi pengurus harian Dewan Kebudayaan Kabupaten Tegal M. Fatkhurohman, Syamsul Falah dan Dwi Ariadi mempresentasikan manuskrip Serat Rambang Danaraja, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal kepada Tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X Kementerian Kebudayaan. Dimana serat rambang itu merupakan peninggalan Syekh Maulana Maghribi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: