Menyusuri Jejak Islam di Kota Tegal, Ada Musala dari Kayu Kapal dan Masjid Tertua

Menyusuri Jejak Islam di Kota Tegal, Ada Musala dari Kayu Kapal dan Masjid Tertua

LANGGAR DHUWUR – Langgar Dhuwur dilihat dari Jalan Mayjend S Parman.-K. ANAM SYAHMADANI/RADAR TEGAL -

TEGAL, DISWAYJOGJA - Agama Islam berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok dunia, termasuk ke wilayah Nusantara dengan meninggalkan sisa-sisa jejak peradabannya. Di Kota Tegal, jejak awal perkembangan Islam dapat ditemui di Kampung Pesengkongan, sebuah pedukuhan kecil yang terletak di Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal.

Tegal pada mulanya adalah perkampungan yang tidak begitu padat. Namun setelah pelabuhan dibangun dan perekonomian berkembang, semakin banyak orang luar berdatangan. Salah satunya, para pendatang dari Sumatera yang datang untuk mengadu nasib. Seiring berjalannya waktu, mereka tidak hanya singgah, namun menetap dan membawa sanak keluarganya ke Pesengkongan.

BACA JUGA:Makam Mbah Depok Dikeramatkan Warga Kota Tegal, Ada Jejak Raja Pertama Mataram Islam

Pendatang beretnis Melayu tersebut lalu berbaur dengan warga dari beragam etnis yang sudah terlebih dulu ada di Pesengkongan. Antara lain warga etnis Jawa, Tionghoa, Arab, dan Eropa. Karena di Pesengkongan belum ada tempat ibadah, pendatang etnis Melayu beragama Islam menginisiasi pembangunan musala yang kemudian menjadi tonggak awal perkembangan Islam di pesisir Kota Tegal.

Musala tersebut adalah Musala Istiqomah atau yang lebih populer dikenal sebagai Langgar Dhuwur. “Musala ini dibangun sekitar 1820, di atas tanah wakaf warga bernama Abdullahu, kakak dari Jaedah, mbah saya,” kata Pengurus Langgar Dhuwur Helmi Saleh saat ditemui Radar Tegal (Grup Disway) di Langgar Dhuwur, Senin pagi lalu, 11 Maret 2024.

Langgar Dhuwur terletak di sebuah gang sempit di RT 1 RW 12 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat. Langgar yang terbuat dari kayu bekas galangan kapal tersebut berarsitektur khas Melayu, yaitu berbentuk panggung. Pada bagian atas digunakan untuk tempat salat dan di bawahnya terdapat enam sampai delapan petak kamar untuk transit pendatang.

BACA JUGA:Ini Tradisi Seserahan Pernikahan Secara Islami, Kamu Wajib Tahu! Cek Ulasan Lengkapnya

Musala ini pernah digunakan sebagai embarkasi atau tempat pemberangkatan calon jamaah haji dari Tegal dan Brebes. Calon jamaah haji beberapa hari menginap di Langgar Dhuwur untuk menunggu datangnya kapal pemberangkatan calon jamaah haji. Saat itu, pemberangkatan calon jamaah haji menggunakan kapal karena belum ada pesawat terbang.

Mereka diangkut dengan menggunakan kapal kecil ke tengah laut menuju kapal dan bergabung bersama calon jamaah haji dari berbagai daerah,” cerita Helmi yang merupakan generasi kelima keturunan Melayu Sumatera.

Kondisi Langgar Dhuwur semula memprihatinkan dan hampir roboh. Karena kepedulian warga Pesengkongan, dengan segala daya dan upaya langgar tersebut akhirnya direnovasi dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya. “Kayu-kayu lama dimanfaatkan untuk membuat dinding, mimbar, dan ornamen lainnya,” imbuh Helmi.

BACA JUGA:Menyambut Berkah Ramadhan Rekomendasi Masjid di Jakarta yang Menyediakan Makanan Gratis untuk Buka Puasa

Seratus meter dari Langgar Dhuwur, di Kampung Pesengkongan juga terdapat Masjid Al Hikmah. Masjid tersebut dibangun pemerintah pada 1821 atau 1241 Hijriah dan tercatat sebagai masjid tertua di Kota Tegal.

Menurut Helmi, Masjid Al Hikmah dibangun di atas lahan bekas Kantor Urusan Agama (KUA) yang kelak menjadi cikal bakal Kantor Kemenag Kota Tegal sekarang. “Karena aktivitas keagamaan berkembang, pemerintah membangun KUA, lalu kemudian dijadikan masjid,” ungkap Helmi.

Tahun pembangunan Masjid Al Hikmah masih terekam dalam sebuah prasasti yang bertuliskan huruf Arab dan sekarang diabadikan di dalam masjid. Jika diterjemahkan, prasasti tersebut berbunyi “1241 hijrahe Nabi SAW. Pada tahun wadat kaping lima belas hari bulan Ramadan. Pada hari Ahad ketika jadinya langgar ini. 1241 tahune.”

Helmi yang juga merupakan sekretaris Yayasan Masjid Al Hikmah menceritakan, Masjid Al Hikmah semula adalah sebuah masjid kecil. Karena kebutuhan untuk menampung lebih banyak jamaah, telah dilakukan renovasi pelebaran. Saat ini, renovasi lanjutan masih berlangsung. Sesuai desain, Masjid Al Hikmah akan dibangun dua lantai.

BACA JUGA:Tak Disangka, Jumlah Umat Islam di Rusia Ternyata Lebih Banyak daripada Negara Timur Tengah

“Kami mempertahankan bentuk atap, tiga pintu, serta ornamennya,” sebut Helmi di Masjid Al Hikmah, Rabu, 13 Maret 2024. Helmi dan warga Pesengkongan berkomitmen terus merawat Langgar Dhuwur dan Masjid Al Hikmah karena menyimpan sejarah awal perkembangan Islam di Kota Tegal. Helmi berharap Pemerintah Kota Tegal bisa turut memberikan perhatian lebih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: