13 Mantan Napiter Kembali Ikrar NKRI, Bangun Usaha Waterboom, Kuliner Hingga Pemancingan
RAMAI - Ratusan pengunjung Waterboom menikmati berbagai wahana di obyek wisata Podo Moro Larangan.-SYAMSUL FALAQ/ RATEG -
BREBES, DISWAYJOGJA - Wirausaha yang sukses dan menjanjikan, tak lepas dari inovasi serta kreativitas. Khususnya, dalam mengembangkan potensi sekaligus mengincar peluang yang diminati konsumen. Begitulah proses Paguyuban Podo Moro, berisi 13 mantan napi terorisme (napiter).
BACA JUGA:Jelang Perayaan Natal, Pemkab Sleman Pantau Eks Napiter
Suasana teduh dan angin sepoi akan menyambut setiap pengunjung saat memasuki kompleks Waterboom Podo Moro. Terletak persis di belakang Markas Komando Rayon Militer Larangan, lahan sekitar embung pertaninan disulap menjadi obyek wisata. Bahkan, bukan hanya satu unit usaha namun tiga sekaligus. Yakni, kolam renang dan Waterboom, tempat pemancingan hingga kuliner yang dikemas dalam resto.
BACA JUGA:Kunjungi Magelang, Ganjar Tegaskan Pemberdayaan Pesantren jadi Prioritas
Tiga unit usaha tersebut merupakan hasil kerja keras dan jerih payah Paguyuban Podo Moro. Mereka, merupakan 13 mantan napi terorisme yang sudah ikrar kembali sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Termasuk, seluruh keluarganya (anak dan istri-red) yang tersebar di sejumlah wilayah. Para mantan napiter tersebut, mulanya terafiliasi dengan sejumlah jaringan seperti Jamaah Islamiyah (JI) dan Jamaah Ansharud Daulah (JAD).
BACA JUGA:Ini Penjelasan Kalapas Lubuklinggau Terkait Dua Napi yang Berusaha Kabur
Namun, setelah mendekam dan menjalani proses hukum 13 napiter menyatakan kembali ke pangkuan NKRI dengan ikrar. Bahkan, menyesal sudah sempat tersesat dengan aliran yang membawa malapetaka bagi keluarganya. Sekarang, mereka berkomitmen menjadi sayap kanan pemerintah dalam menangkal paham radikal maupun ekstrimis. Termasuk, segala pemikiran yang merusak ideologi Pancasila.
BACA JUGA:12 Rekomendasi Mesin Cuci Harga 1 Jutaan Terbaik 2023, Hemat Budget Tanpa Mengorbankan Kualitas
Pengelola wisata Podo Moro Wartoyo mengungkapkan, ide awal merintis usaha bersama sudah berjalan sejak Tahun 2020. Tak hanya dari Brebes, mantan napiter dari Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan Pemalang juga dirangkul.
Hasilnya, dalam setahun terakhir (2022-red) usaha bersama tersebut mulai semakin ramai pengunjung. Terlebih, selain Waterboom fasilitas outbound, tempat pemancingan dan rumah makan semakin melengkapi kompleks wisata embung. Letaknya, di kawasan embung belakang Koramil Larangan turut Desa-Kecamatan Larangan.
BACA JUGA:Terkena Dampak Sebar Data Pinjol Ilegal? Jangan Panik, Begini Triknya
”Alhamdulilah, setelah berjuang mengembangkan potensi wisata yang ada. Sejak sepuluh bulan terakhir (awal 2023-red), mampu menggaet masyarakat sekitar dan memberdayakan karyawan lokal,” terangnya kepada awak media, Sabtu (16/12) siang.
Pengalaman menjadi teroris dalam kasus hendak meracuni Mabes Polri, lanjut Wartoyo, sadar setelah menjalani hukuman. Terlebih, selama dalam penjara ia menyadari salah pergaulan. Dengan demikian, setelah keluar dari Lapas Cirebon ia bertekad untuk bisa punya nilai manfaat bagi sesama dan negara. Akhirnya, merintis usaha bersama menjadi titik balik memulihkan ekonomi keluarga para sesama mantan napiter.
BACA JUGA:9 Poin dalam Surat Perjanjian Kontrak Pinjol, Pahami dan Jangan Sampai Keliru!
”Pemilihan lokasi wisata yang jauh dari perkotaan, ternyata sangat cocok dan strategis. Terbukti, masyarakat Larangan dan sekitarnya mudah menjangkau. Sehingga, jumlah pengunjung semakin membludak saat libur akhir pekan (Sabtu-Minggu),” jelasnya.
Wartoyo menuturkan, dengan harga tiket masuk yang sangat terjangkau menjadi magnet untuk menarik minat pengunjung. Yakni, cukup dengan tiket Rp15 ribu bisa bermain semua wahana dan kolam renang sepuasnya. Rata-rata, jumlah pengunjung yang datang hari biasa berkisar Rp 400-500 orang setiap harinya. Sedangkan, saat hari libur atau Sabtu-Minggu bisa mencapai 1200 orang.
BACA JUGA:Simak Biar Paham! Inilah 2 Cara Penagihan oleh DC Lapangan Pinjol kepada Para Nasabah Galbay
”Kuliner yang kami sediakan, berbagai macam jenis andalan seperti ayam goreng dan geprek. Tapi, spesialnya terdapat pada sambalnya karena dijamin berbeda dengan lainnya,” ujarnya.
Selain resto dan taman di depan pintu masuk, lanjut Wartoyo, juga menjadi tempat nongkrong anak-anak muda. Sebab, live musik selalu tersedia pada Kamis dan Sabtu malam.
Tujuannya, memfasilitasi kawula muda serta menghibur pengunjung untuk menikmati suasana obyek wisata yang masih alami. Fasilitas lainnya, Musala yang biasa digunakan untuk ibadah semua karyawan maupun pengunjung. Termasuk, kegiatan rutin pengajian umum bagi keluarga dan para mantan napiter dari Kemenag maupun Kesbangpol Brebes.
”Rekrutmen karyawan, kami juga membuka lowongan bagi para mantan napiter untuk bersama mengembangkan usaha Paguyuban Podo Moro. Syaratnya, harus ikrar NKRI dan memutuskan lepas dari jaringan teroris apapun,” katanya.
Sementara itu, Kepala Kesbangpol Brebes M. Sodiq mengapresiasi inovasi wirausaha belasan mantan napiter dari Pantura Jateng bagian barat. Terlebih, dengan terbentuknya Paguyuban Podo Moro bisa memberdayakan keluarga para mantan napiter dan masyarakat sekitar.
”Harapannya, wirausaha paguyuban yang sudah jalan terus berkembang. Sehingga, bisa menarik para jemaah yang masih merah untuk berikrar kembali setia NKRI. Dengan begitu, perekonomian keluarga terjamin dan tak ada niatan lagi berafiliasi pada jaringan teroris. Termasuk, membantu pemerintah dalam menangkal doktrinasi aliran radikal maupun paham ekstrimis yang merusak di sekolah maupun lingkungan keluarga,” tandasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: