Ketika Pinjaman Online Mengubah Metode Pengelolaan Keuangan Masyarakat
Ketika Pinjaman Online Mengubah Metode Pengelolaan Keuangan Masyarakat--
Misalnya, pemilik usaha kecil dapat mengajukan pinjaman online untuk membeli mobil baru.Mesin baru ini dapat membantu pemilik usaha kecil meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka.
Dampak negatif pinjaman online terhadap pengelolaan keuangan individu antara lain:
1. Resiko yang lebih tinggi
Pinjaman online biasanya menawarkan tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan pinjaman bank. Hal ini dapat meningkatkan risiko bagi masyarakat yang tidak mampu membayar cicilan pinjamannya.
Studi OJK menunjukkan rata-rata tingkat bunga pinjaman online adalah 164% per tahun. Suku bunga yang tinggi dapat menyulitkan pembayaran cicilan pinjaman.
Misalnya, seorang pekerja dengan penghasilan Rp 5 juta per bulan mengajukan pinjaman online sebesar Rp 10 juta untuk jangka waktu 12 bulan. Cicilan pinjamannya Rp 4.167 per hari. Jika karyawan tidak mampu membayar cicilannya, ia terjerumus ke dalam perangkap hutang yang sulit dibayar kembali.
2. Peningkatan utang
Pinjaman online dapat menambah utang masyarakat, terutama yang menggunakan pinjaman online untuk keperluan konsumsi. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat terjerumus ke dalam perangkap utang yang sulit dibayar kembali.
Sebuah studi OJK menemukan bahwa 30% orang yang mengambil pinjaman online menggunakannya untuk keperluan konsumen. Penggunaan pinjaman online untuk keperluan konsumer dapat meningkatkan risiko terlilit hutang.
Misalnya, seorang pelajar dengan penghasilan Rp 2 juta per bulan mengajukan pinjaman online sebesar Rp 5 juta untuk membeli produk elektronik.Cicilan pinjamannya Rp 1.667 per hari. Jika pelajar tersebut tidak mampu melunasi utangnya, maka ia terjerumus dalam perangkap sulit melunasi utangnya.
3. Meningkatnya stres
Pinjaman online dapat meningkatkan stres bagi masyarakat, terutama mereka yang kesulitan membayar cicilan pinjamannya.Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental masyarakat.
Studi OJK menemukan bahwa 20% peminjam online mengalami stres karena kesulitan membayar kembali pembayaran pinjamannya. Stres yang dihadapi peminjam online dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental mereka.
Misalnya, seorang ibu rumah tangga yang menjalankan usaha kecil-kecilan mengajukan pinjaman online sebesar Rp 10 juta untuk membeli peralatan profesional. Namun, usaha ibu rumah tangga tersebut tidak berjalan baik dan ia kesulitan membayar cicilan pinjaman.Hal ini dapat menimbulkan stres bagi ibu rumah tangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: