Kekeringan di Purworejo Meluas ke 16 kecamatan, BPBD Siaga Hingga November

Kekeringan di Purworejo Meluas ke 16 kecamatan, BPBD Siaga Hingga November

KRISIS AIR BERSIS - Sejumlah warga yang mengalami krisis air bersih di Desa Loano melakukan droping air menggunakan galon air mineral, kemarin.-DOK.-

PURWOREJO-DISWAYJOGJA- Dampak bencana kekeringan akibat fenomena El Nino yang melanda Kabupaten Purworejo kian meluas. Jumlah desa yang mengalami krisis air bersih terus bertambah dan merata di 16 wilayah kecamatan.

BACA JUGA:26 Desa di Kabupaten Tegal Dilanda Kekeringan, 888 Ribu Liter Air Bersih Digelontorkan dari PMI

”Krisis air bersih sudah terjadi di puluhan desa yang tersebar di 16 kecamatan Kabupaten Purworejo. Artinya, dampak kekeringan tahun ini sudah merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Purworejo, meski pun tidak seluruhnya,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purworejo Hariyono, Selasa, 10 Okotober 2023.

Dampak kekeringan terparah terjadi di Kecamatan Bagelen. Diusul Kecamatan Purworejo, serta Loano. Hingga saat ini sudah sekitar 47 desa di Purworejo yang mengajukan permohonan suplai air bersih. Hingga 3 Oktober lalu tercatat sudah sebanyak 251 tangki air bersih didistribusikan kepada warga di 47 desa itu. Volume air yang diberikan secara gratis bagi warga terdampak kekeringan tersebut sudah lebih dari 1,2 juta liter.

BACA JUGA:Hilang 2 Pekan, Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Purworejo Ditemukan di Jogjakarta

”Dari 251 tangki air bersih itu, 121 di antaranya alokasi dari APBD Purworejo tahun 2023. Sedangkan sisanya dari relawan seperti Banser, Muda Ganesa, serta bantuan dari Polri," ungkap Hariyono.

Terkait bencana kekeringan yang melanda Purworejo dan sebagian besar wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun ini, beberapa waktu lalu BPBD Purworejo menggelar rapat bersama BMKG serta beberapa intansi terkait lain. Musim kemarau tahun ini diperkirakan akan segera berakhir dalam satu bulan kedepan.

Berdasarkan prediksi BMKG, sambung dia, sejumlah daerah seperti Banjarnegara, Wonosobo dan Temanggung diperkirakan mulai diguyur hujan pada Oktober 2023. Sementara untuk Purworejo musim hujan diprediksikan baru datang pada dasarian satu atau 10 hari pertama November 2023.

Namun, masa siaga di daerah tersebut bisa saja diperpanjang jika pada November mendatang kekeringan masih terus berlanjut. Menurutnya personel BPBD bersama seluruh relawan selalu siap mendistribusikan air bersih jika ada warga yang mengajukan permintaan. ”Prakiraan BMKG November sudah turun hujan, kita berdoa sama-sama semoga El Nino segera berlalu dan musim hujan segera tiba,” tandas Hariyono.

Hariyono menambahkan bahwa selama masa siaga, personel BPBD bekerja dari pagi hingga malam hari. Dengan tiga armada yang dimiliki, distribusi air bersih dilakukan sejak pukul 05:00 WIB hingga 21:00 WIB. ”Dalam satu hari maksimal kami bisa mendistribusikan hingga 12 tangki. Di luar dari itu ada rekan-rekan relawan, juga Polri yang berinisiatif melakukan pendistribusian sendiri," terang Hariyono.

Salah satu kondisi kekeringan cukup parah terjadi di Desa Loano, Kecamatan Loano. Sumur-sumur di dusun Jogotamu, Caruban, dan Dusun Pongangan dilaporkan sudah tidak dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari. Debit air makin menipis setiap harinya.

Sekretaris Desa Loano Erwan W Ashari menyebut, ada seratus KK lebih yang saat ini sangat membutuhkan bantuan air. Untuk itu, pihak desa berupaya membantu warga dengan droping air.

Uniknya, Desa Loano melakukan droping air ke warga terdampak menggunakan galon-galon air. Langkah itu dilakukan untuk memudahkan pengangkutan air dari Balai Desa Loano ke warga terdampak. ”Warga terdampak kalau di Dusun Jogotamu itu ada 77 KK, di Dusun Caruban ada 30 KK dan di Dusun Pongangan ada sekitar 40 an KK," kata Erwan saat ditemui di kantornya pada Senin, 9 Oktober 2023.

Selain mempermudah pendistribusian air, penggunaan galon juga ditujukan agar air tersebut digunakan untuk keperluan minum warga. Air tersebut diambil dari sumur yang terletak di Balai Desa Loano yang masih terjaga kemurniannya.  ”Jadi setiap pagi kita Ngangsu (ambil air), di komplek balai desa ini ada sumur, kita ambil airnya dan kita bawa menggunakan galon dan kita suplai ke masyarakat," kata Erwan.

Terkait pengadaan galon, pihak desa mengambil dana dari dana kebencanaan desa. Desa membeli ratusan galon untuk droping air ke masyarakat terdampak. Karang taruna desa juga dilibatkan dalam pemberian air ke warga terdampak kekeringan di desa tersebut. Air yang sudah dimasukkan ke dalam galon diangkut menggunakan pick up dan diangkut menuju dusun terdampak. ”Ada sekitar seratus galon, setiap hari kita lakukan suplai menggunakan mobil pick up, bisa bolak balik 6 kali sehari mas,” ungkapnya. (top)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: