Protokol Puting

Protokol Puting

Pemberian vaksin PMK perdana di Kota Bandung, Senin (27/6). --

 

doni wj

 

Ketika terjadi larangan ekspor, petani sawit teriak. Teriaknya 2,7 juta orang yang berpenghasilan minimal ratusan juta hingga triliunan per tahun. Juga teriaknya industri yang menyumbang ratusan triliun per tahun. Sebelumnya, ketika "diharapkan bersikap dewasa", tahu hak dan kewajiban, berhak ekspor tapi pura-pura lupa kewajiban DMO, ratusan juta pengelola keuangan rumah tangga yang teriak karena harga migor yang Nauzubillah. Teriaknya orang-orang berpenghasilan kurang dari 50 juta setahun. Kalau melihat kenyataan pasar, dari zaman kuda belajar catur juga yang lebih berkuasa adalah yang punya modal. Entah di tingkat yang kulakan, ataupun tingkatan pengekspor. Secara mendasar kondisi ini berlangsung di semua komoditi. Memang, pemangku kebijakan yang berhadapan dengan 2 kepentingan itu bagaikan tidur berselimut sarung. Ditarik ke atas kaki yang dingin. Dilorot ke bawah, badan yang dingin. Keset mah sudah di luar yang dua itu.. wkwkwkwkwk

 

 

 

Juve Zhang

 

Faktor inflasi yg menurunkan harga Minyak sawit, minyak bunga matahari juga sama turun. Elon Musk sampai PHK 10 ribu karyawan nya .inflasi tinggi di mana mana, pabrik Mega Tesla di Berlin dan Texas dijuluki EM seperti Tungku yg bakar uang Miliaran dolar. Sesak napas Tesla. kalau Morris Garage jauh lebih Cerdik dari EM, buat pabrik super Gede nya di Fujian terbesar se Asia, dari sana disiapkan Armada kapal Banyak dengan Tujuan Eropa, India, Australia, efeknya penjualan Mobil MG meledak , Diler di buka sangat banyak di Eropa, India, Australia. Sangat brilian idenya. Tesla kalah di Australia oleh MG, di Eropa segera menyalip Tesla. Di India Tesla tak masuk. Siapa mau beli Tesla ? Diler show room saja tak ada? Wkwkwkwk. prinsip Elon Musk rusak Beli baru jangan masuk bengkel. Di Australia tak laku, lah tak ada satupun showmroom.nya. Wwkwkwk. Morris Garage adalah nama Legenda Inggris di hidupkan dan di Globalkan oleh SAIC.Shanghai.

 

 

 

Macca Madinah

 

Kok saya jadi ingat acara "Wicked Tuna" di kanal NatGeo. Setiap si pemancing (nelayan) mendapatkan ikan tuna yang besar, pada akhir hari, mereka akan bawa tangkapannya ke pengepul yang mangkal di dermaga. Ikannya dipotong menjadi dua, lalu ada bagian dagingnya yang diambil oleh semacam alat bor berongga. Terlihat daging ikannya, merah, lembut, dsb. Yang saya heran, berapa pun harga yang ditetapkan oleh "hakim" itu, diterima saja oleh si pemancing, belum pernah, paling tidak di episode yang saya tonton, ada yang menolak keputusan itu. Padahal itu di AmSer lho. Apa lagi di sini.

 

 

 

Lukman bin Saleh

 

Resesi Amerika? Kalau bisa jangan. Negara lain sj yg resesi. Jangan Amerika. Ekonomi Amerika terlalu besar bg dunia. Jika resesi seluruh dunia akan merasakan dampaknya. Termasuk kita. Kalaupun ada resesi, cukuplah negara2 kecil macam Sri Langka. Masih bisa d tolong oleh negara2 besar. Tp kalau negara besar yg resesi. Siapa yg menolong siapa? Ayo Amerika, China, Eropa bangkit. Selamatkan ekonomi dunia...

 

 

 

LiangYangAn 梁楊安

 

Beberapa waktu yang lalu saya sempat diskusi santai dengan teman-teman yang mengerti masalah perekonomian. Kebijakan Pemerintah waktu itu "menyetop export CPO" kemungkinan besar dilandasi 2 faktor : 1. Kekhawatiran yang tinggi terjadinya "stagflasi" yakni inflasi disertai pertumbuhan ekonomi yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi yang terjadi secara bersamaan dalam periode tertentu. Apalagi kondisi perekonomian Indonesia belumlah sepenuhnya pulih paska Pandemi Covid-19. 2. Overestimate atas harga CPO dunia yang stabil di kisaran harga yang tetap tinggi, secara rasional memang supply yang lebih rendah daripada demand akan membuat harga tetap tinggi. Apalagi Indonesia adalah salah satu eksportir terbesar CPO, dengan menyetop ekspor CPO maka supply CPO dunia akan jauh di bawah demandnya, dengan demikian harga akan tetap tinggi, dan Pemerintahpun cukup lihai menyetop eksport CPO tersebut hanya untuk kurun waktu yang singkat dan berharap segera kembali mengekspor dalam kondisi harga yang stabil tinggi. Prediksi dalam sebuah Kebijakan Ekonomi tetaplah mengandung resiko karena tidak selalu akan sejalan dengan dinamika ekonomi dunia yang unpredictable. Selain itu, sepertinya dinamika politik di dalam negeri yang seringkali mempolitisir hal-hal yang sensitif membuat pemerintah tidak berani "flow as a circumstance according to Phillips Curve"

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: disway.id