Makanan Indonesia Jadi Warisan Budaya di Suriname, Simak Ulasan Lengkapnya Disini

Makanan Indonesia Jadi Warisan Budaya di Suriname, Simak Ulasan Lengkapnya Disini

Saoto Soup Suriname--

Masyarakat Suriname gemar menyajikan kue lapis dengan perpaduan warna-warna cerah seperti merah muda, putih, dan hijau, yang tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga mata. Kehadiran kue lapis di sana membuktikan bahwa resep-resep ini berhasil diwariskan dengan setia, tanpa kehilangan keasliannya sedikit pun.

BACA JUGA : Keren! Mie Ayam Cak Kandar Berdiri Tahun 1986 dan Masih Ramai

BACA JUGA : Rekomendasi Mie Ayam Gerobak Legendaris Harga Kaki Lima di Pusat Jakarta

Loempia

Lumpia di Indonesia adalah hidangan yang menunjukkan perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa. Nama aslinya, loempia, berasal dari bahasa Belanda yang merujuk pada gorengan gulungan berisi sayuran dan daging. Setelah kedatangan bangsa Belanda, hidangan ini perlahan menyebar dan diadopsi oleh warga lokal, hingga akhirnya menjadi makanan favorit yang tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Mengingat Suriname dan Indonesia memiliki sejarah kolonialisme Belanda yang sama, tidak mengherankan jika loempia juga ditemukan di sana.

Hidangan ini biasanya disajikan dengan saus cocolan seperti kecap atau sambal, yang memberikan rasa yang lebih kaya. Kesamaan dalam nama dan cara penyajian ini menunjukkan bahwa hidangan loempia telah menjadi bagian dari sejarah bersama, sebuah jembatan kuliner yang melintasi dua benua dan dua budaya.

Pastei

Di Indonesia, kita mengenal pastel sebagai camilan gurih yang berisi sayuran, daging, atau bihun, dengan kulit yang renyah. Di Suriname, ada hidangan yang sangat mirip, namun disajikan dengan cara yang berbeda, yaitu pastei. Nama pastei terdengar mirip dengan pastry atau pie, dan memang hidangan ini memiliki kulit luar yang mirip pastry. Isiannya biasanya berupa cincangan daging ayam yang dimasak dengan bumbu khas.

Hidangan ini lebih sering disantap sebagai "makanan selingan," mirip dengan konsep brunch antara sarapan dan makan siang. Masyarakat Suriname menyantap pastei hangat tidak hanya saat musim dingin, tetapi hampir sepanjang tahun, menjadikannya hidangan yang dapat dinikmati kapan saja.

Kekuatan Kuliner sebagai Jembatan Budaya

Eksplorasi kuliner ini membuka mata kita akan fakta yang menakjubkan: hidangan-hidangan ini bukan sekadar makanan, melainkan saksi bisu dari sebuah sejarah panjang. Mereka adalah artefak hidup yang bercerita tentang perjalanan, adaptasi, dan ketahanan sebuah budaya. Melalui resep-resep yang diwariskan dari generasi ke generasi, kita dapat melihat bagaimana tradisi dari tanah Jawa berhasil berakar dan tumbuh subur di tanah yang sangat berbeda, ribuan kilometer jauhnya.

BACA JUGA : Simak 8 Tempat Makan Wonosobo View Pemandangan Indah, Terkenal Enak dan Hits Suasana Alam 2025

BACA JUGA : Rekomendasi Kuliner Khas Purwakarta Paling Gurih Dan Pedas, Wajib Diicip Untuk Para Wisatawan

Meskipun terpisahkan oleh lautan dan benua, kesamaan pada bami, saoto, kue lapis, loempia, dan pastei membuktikan bahwa warisan budaya dapat melintasi batas-batas geografis. Kuliner menjadi penghubung yang kuat, mengingatkan kita akan sejarah bersama dan ikatan yang tak terputus. Ini adalah bukti nyata bahwa bahasa makanan adalah bahasa universal yang dapat dimengerti oleh siapa pun, di mana pun mereka berada.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait