Volume Kubah Merapi Bertambah, BPPTKG Sebut Potensi Awan Panas Tetap Tinggi
Gunung Merapi kembali erupsi guguran pada Rabu pagi (12/11/2025) dengan jarak luncur awan panas mencapai 1.700 meter ke arah barat daya Kali Krasak.--dok. BPPTKG
YOGYAKARTA, diswayjogja.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih berada pada level tinggi sepanjang periode pengamatan 7–13 November 2025.
Bertambahnya volume kubah lava kembali menjadi perhatian karena berpotensi memicu awan panas guguran (APG).
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, menyampaikan bahwa secara visual Merapi masih menunjukkan aktivitas erupsi efusif.
Cuaca cerah pada pagi dan malam hari memungkinkan pemantauan visual yang jelas, termasuk kemunculan asap putih bertekanan lemah dengan ketinggian 10 hingga 100 meter.
BACA JUGA : Merapi Erupsi Guguran Lagi Pagi Ini, Warga Diminta Waspada
BACA JUGA : Aktivitas Vulkanik Gunung Merapi Kembali Meningkat, Awan Panas Guguran Capai 1,2 Kilometer
Pada periode sepekan itu, Merapi tercatat 8 kali meluncurkan awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum mencapai 2.000 meter ke arah barat daya, tepatnya hulu Kali Krasak. Selain itu, BPPTKG mencatat 69 kali guguran lava, mayoritas menuju sektor yang sama.
“Terjadi perubahan kecil pada morfologi Kubah Barat Daya akibat pertumbuhan volume kubah dan aktivitas guguran lava,” kata Agus dalam laporan tertulis, Jumat (14/11/2025).
Melalui analisis foto udara tanggal 30 Oktober 2025, BPPTKG melaporkan volume Kubah Barat Daya mencapai 4.308.700 meter kubik, sementara Kubah Tengah mencapai 2.368.800 meter kubik.
Meski perubahan pada Kubah Tengah relatif tidak signifikan, kondisi kubah tetap menjadi faktor pemicu utama terjadinya awan panas.
BACA JUGA : Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas Guguran, BPPTKG Imbau Warga Waspada Bahaya Lahar Saat Hujan
BACA JUGA : Gunung Merapi Luncurkan Enam Awan Panas Guguran, Aktivitas Masih di Level Siaga
Status Masih Siaga, Potensi Awan Panas Tetap Ada
BPPTKG menegaskan bahwa suplai magma ke dalam tubuh gunung masih berlangsung. Kondisi ini menjaga potensi awan panas tetap tinggi, terutama di sektor selatan–barat daya.
“Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlanjut, sehingga potensi awan panas guguran di daerah bahaya tetap harus diwaspadai,” jelas Agus.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: