Eks Menara Kopi Lima Bulan Bertahan di Tengah Sepi, Juru Parkir dan PKL Minta Pemkot Tepati Janji

Eks Menara Kopi Lima Bulan Bertahan di Tengah Sepi, Juru Parkir dan PKL Minta Pemkot Tepati Janji

Agil Suharyanto, Wakil Ketua Paguyuban TKP Abu Bakar Ali, saat didatangi di lokasi relokasi eks Menara Kopi, Kotabaru, Yogyakarta, Rabu (15/10/2025). Kawasan itu kini menjadi tempat sementara bagi para juru parkir dan PKL pascarelokasi dari kawasan Sumbu --Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id

BACA JUGA : Bupati Sleman Serukan Revolusi Hijau di Hari Pangan Sedunia 2025

BACA JUGA : Yogyakarta Percepat Penerapan Parkir Digital QRIS, Target 700 Titik Tahun 2026

Di eks Menara Kopi, kini hanya terlihat beberapa tenda biru yang berdiri di bawah rindang pohon, menandakan sisa-sisa kehidupan ekonomi yang masih bertahan. 

Ia dan rekan-rekannya masih berharap, suatu hari nanti, Pemkot Yogyakarta tidak hanya menata ruang kota, tetapi juga menata kembali kehidupan mereka yang tersingkir darinya.

“Kami percaya penataan itu penting. Tapi kami juga percaya, tidak ada keindahan kota yang sempurna bila di baliknya ada orang kecil yang hilang tempatnya untuk hidup," ucapnya. 

Wakil Ketua Paguyuban Keluarga Besar TKP ABA itu berbicara bukan atas nama pribadi, melainkan atas nama puluhan juru parkir dan pedagang kecil yang kini menggantungkan nasib di lokasi relokasi eks Menara Kopi. 

Lima bulan sudah mereka bertahan di tempat itu, menunggu kepastian yang tak kunjung tiba.

“Makanya, kami mohon dengan sangat, Pak Wali. Kami, warga Kulon, yang selalu terdampak, ini kepentingan warga Kulon, bukan kepentingan pribadi. Kami hanya menyampaikan jeritan hati dari para pedagang dan juru parkir di sekitar kawasan itu,” tuturnya. 

BACA JUGA : Ada Parkir Digital di 110 Titik Kota Yogyakarta, 50 Persen Jukir Ditargetkan Berbasis Digital

BACA JUGA : Deretan Tempat Belanja Oleh-oleh di Gunungkidul: Pilihan Lengkap, Harga Terjangkau, Parkir Luas

Ia menatap ke arah jalan yang dulu ramai dilalui wisatawan, kini hanya sesekali dilewati kendaraan. 

Sejak relokasi dilakukan, kawasan eks Menara Kopi seperti kehilangan napas kehidupan. Para pedagang kaki lima yang biasa membuka lapak di sekitar Pos Gumaton terpaksa menutup dagangannya, sementara juru parkir tak lagi punya lahan untuk bekerja.

Menurutnya, kondisi ini tak bisa dibiarkan berlarut-larut. Ia berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta segera mengambil langkah tegas menata kawasan Sumbu Filosofi agar tidak hanya indah secara visual, tetapi juga adil bagi warga kecil yang terdampak kebijakan. 

“Kami mohon agar Pemkot segera mengambil tindakan tegas. Kalau tidak, mohon maaf sebelumnya, dengan sangat berhati-hati kami sampaikan, kami akan mengizinkan kembali teman-teman untuk berjualan di sekitar Pos Gumaton,” imbuhnya.

Ucapan itu bukan ancaman, melainkan desakan dari perut yang lama menahan lapar. Dalam suaranya, tergambar ketegangan antara ketaatan terhadap aturan dan keinginan untuk sekadar bertahan hidup. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait