Pasar Lawas Jagalan Lahir dari Cerita Tetua dan Gagasan Ikon Desa
Pengunjung memadati Pasar Lawas Jagalan di Bantul yang menghadirkan kuliner tempo dulu dan produk tradisional, menjadikannya ikon budaya dan wisata.--Foto: Kristiani Tandi Rani/diswayjogja.id
BANTUL, diswayjogja.id - Ide besar yang kini dikenal sebagai Pasar Lawas Jagalan berawal dari cerita para tetua desa dan kajian mendalam tentang potensi Jagalan.
Gono Santoso, Lurah Desa Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul mengungkapkan bahwa gagasan ini muncul dari keresahan sekaligus tekad untuk menghadirkan ikon bagi desanya.
“Pada tahun 2016 saya terpilih menjadi Lurah Jagalan. Selama kurun waktu itu, saya melihat banyak sekali potensi yang ada di Jagalan mulai dari potensi heritage, handcraft, hingga kesenian. Semua ada di Jagalan,” katanya, Selasa (23/9/2025).
Menurutnya, potensi besar itu tidak boleh dibiarkan tanpa wadah. Maka, lahirlah sebuah kajian untuk merumuskan ikon desa. Saat proses itu, ia mendengar kembali kisah lama dari para sesepuh.
“Mereka mengatakan bahwa halaman Masjid Besar Mataram ini dahulu pernah menjadi pasar darurat pada masa penjajahan,” tuturnya.
Cerita itulah yang kemudian menjadi titik balik. Ia menegaskan, pemerintah kalurahan tidak bisa berdiam diri.
BACA JUGA : Berburu Kuliner di Pasar Gede Solo Paling Enak dan Murah, Cek Lengkapnya Disini
BACA JUGA : Pasar Triliunan Rupiah, Tapi Petani RI Masih Tergantung Impor
Jagalan harus bergerak memantik kembali denyut budaya dan ekonomi warganya.
“Berangkat dari cerita itu, saya mengambil kebijakan bahwa pemerintah kalurahan harus hadir. Untuk apa? Untuk memantik dan menghidupkan kembali potensi yang ada di Jagalan,” ucapnya.
Ia mengungkapkan ide tersebut berawal dari sebuah pertanyaan sederhana namun berdampak besar.
“Bagaimana kalau kita mencoba mengungkit kembali kenangan-kenangan masa lalu dengan sebuah pasar?” ujarnya.
Namun, ia memberi syarat khusus. Pasar yang dibangun bukanlah pasar modern, melainkan ruang yang menampilkan keaslian budaya dan produk lokal.
“Ada syaratnya: semua jualan tidak boleh berupa barang-barang kekinian. Dari situlah tercetuslah nama Pasar Lawas. Karena yang dijual adalah barang-barang dan makanan yang sudah jarang ditemui di pasar modern,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: